Rabu, 27 Juni 2012

Poso Miniatur Kemajemukan Indonesia

Poso Kota adalah ibu kota Kabupaten poso,terletak kira-kira 300 Km dari Kota Palu.Meskipun berstatus sebagai Ibu Kota Kabupaten akan tetapi tingkat keramaiannya seperti Kota-Kota kecamatan di pulau Jawa.
Menurut rumor apabila tidak sempat terjadi Kerusuhan yang bernuansa SARA di akhir tahun 90 an,kota ini bisa lebih ramai dari pada Kota Palu yang menjadi Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah.Ini bisa terlihat dari deretan bekas Ruko di Kelurahan Bonesompe atau Bekas gedung bioskop Nirmala di Kelurahan Kasintuwu yang Menjadi saksi bisu hiruk pikuk keramaian Kota Poso di masa lalu.
Selain itu letaknya yang strategis sebagai ‘Jantung’ Pulau sulawesi, menjadikannya titik transit pertemuan warga yang berpergian dari seluruh Kota di pulau Sulawesiyang menggunakan jalur darat.Dari Menado menuju Makasar atau pun sebaliknya terbiasa melalui jalan Trans Sulawesi melewati Kota Poso meskipun jalan di pantai barat via Mamuju,Sulawesi Barat relah mengalami perbaikan.Begitu pula Kota Luwuk tujuan Menado,Palu,atau Makasar pasti melewati jalanan Kota Poso.
Kondisi lembah Poso amatlah subur,cocok untuk pertanian dengan curah hujan yang tinggi hampir sepanjang tahun,sikap Masyarakat Asli Poso (Pamona) yang ramah dan terbuka
menjadikannya tujuan Urbanisasi Masyarakat dari berbagai daerah lain.
Datang ke kota Poso meskipun hanya kota kecil,tapi kita seperti melihat miniatur kemajemukan suku bangsa Indonesia.dengan mudah kita bisa melihat komunitas Orang-orang Jawa,Bugis,Gorontalo,Minahasa,Lombok,Timor,Bali,Peranakan Timur tengah,Peranakan Tiongkok dsb.bahkan Paska konflik dengan ditempatkannya ribuan Aparat keamanan Organik yang berasal dari berbagai daerah,ikut menambah kemajemukan Masyarakat di Kota Poso,karena banyak dari sebagian Aparat keamanan yang mengikut sertakan keluarganya tinggal di sana.
Makanya Bahasa di Kota Poso itu sungguh Nasionalis,apabila kita datang kesana kita tidak akan Khawatir kesulitan akan kendala Bahasa karena masyarakatnya tidak menggunakan Bahasa daerah seperti di sebagian Kota-Kota besar di pulau Jawa.Bahasa Melayu dialek Menado menjadi komunikasi pergaulan sehari-hari,tidak terlalu rumit kosakatanya sama dengan Bahasa Indonesia Baku hanya pengucapannya lidahnya agak sedikit berbeda.
Keterbukaan dan keramahan Masyarakat Poso di wakili oleh Rajanya Ta lasa di masa lalu, Raja terakhir Poso wafat tahun 1947 tinggal di Kelurahan Sayo,rumornya beliau tidak menganut Agama Kristen ( Agama yang dipeluk sebagian Besar Suku Pamona) maupun Islam,karena karena alasan Persatuan.Menurut Andriani dan Kruyt ( penyebar Agama Kristen di Poso) dalam sebuah anekdot percakapannya dengan Raja Ta lasa,beliau memaparkan alasanya kenapa tidak memeluk kedua Agama tersebut.berikut alasanya dalam artian Bahasa Indonesia.
 
” Sebagai Mokole Bangke Poso,jika saya menjadi Kristen bagaimana hubungan saya dengan Tuan Eda Al amri (salah satu tokoh Muslim dari Arab),juga menyuruh saya untuk masuk Islam.Saya ini Raja Poso Untuk Kaum Kristen dan Islam.Dua dari tiga Istri Ta lasa adalah Penganut Islam “.

Dari anekdot tersebut dapat terlihat sikap ramah dan keterbukaan penduduk asli Poso yang di wakili Rajanya Ta lasa.Menurut Andriani pula walaupun Raja Ta lasa tidak memeluk Kristen,tetapi tanpa kerja samanya maka penyebaran Agama Kristen di Poso tidak seperti sekarang.
Karena mendambakan kedamaian di wilayahnya bahkan beliau pernah mengeluarkan maklumat pada 11 mei 1947 dari kantornya.
    
“Laut Tomini tidak saya Pagari,silahkan datang orang dari Gorontalo,Manado,Bugis,Cina dll.dengan ketentuan kalau kalian tidak menghormati adat kami silahkan pulang ke daerah asal kalian,apabila kalian menumpahkan darah di tanah kami,maka kami akan mengusir kalian dari tanah kami “.

Akhirnya jadilah Poso seperti sekarang yang majemuk penuh saling menghargai,meskipun sempat terganggu dengan terjadinya Kerusuhan Poso yang diciptakan pihak-pihak tidak bertanggung jawab demi kepentingan pribadi,karena sejatinya Masyarakat Poso itu terbiasa hidup berdampingan sejak dahulu.


Sumber : Blog Nombaca bantu literasi Palu. “Ta lasa Raja Poso yang tidak memeluk Kristen dan Islam”. Posted 14 Febuari 2012.
Blog Lain-lain, “kilas balik tana Poso”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar