Minggu, 27 Oktober 2013

Sekilas perjalanan dan operasi Brigade Mobile Angkatan 15.1

Anggota Brimob angkatan 15 / 1 yang menumpang KM Dobonsolo menuju Poso bersandar di pelabuhan Tj. Perak

Apel pemberangkatan Brimob angkatan 15/1 di pelabuhan Tj priouk

Merayakan kebersamaan selama 4 tahun di daerah operasi Poso yang ditandai dengan kenaikan pangkat dari Bripda ke Briptu

Delapan tahun dibumi operasi Sulteng bersama memperoleh satya lencana kesetiaan dan kenikan pangkat dari Briptu ke Brigadir
15.1 adalah nama Angkatan Siswa Bintara dari Sekolah Pendidikan Pembentukan Bintara ( DIKTUKBA ) Polri untuk spesifikasi kemampuan Brimob ( Brigade Mobil ) , siswa yang terdiri dari 7 Polda ( Sumut , DKI Jakarta , Jabar , Jateng , Jatim , Bali , DI Yogya ) berjumlah sebanyak 350 personil siswa dan merupakan SDM pilihan dari daerah-daerah tersebut, ini maklum karena sebagai calon pasukan elite kepolisian, setiap personil brimob dituntut memiliki kelebihan baik dari segi kesamaptaan maupun psikologis.

Angkatan 15.1 merupakan bintara Brimob Polri yang dilantik secara efektif Dinas TMT pada tanggal 1 juli 2005 dengan pangkat Brigadir Polisi Dua ( Bripda ) setelah masa susah Pendidikan Dasar Bhayangkara , Pendidikan Dasar Brimob dan Prosesi pengambilan baret di Penanggungan , suatu usaha yang sangat melelahkan dan amat memberikan arti kebanggaan bagi warga Brimob.
15.1 memiliki jumlah anggota sebanyak 350 orang pada awal masa pendidikan di kawah Candradimuka Brimob Watukosek “ Pusdik brimob Polri “ , namun dalam Upacara Pelantikan nya jumlah siswa yang dilantik adalah sebanyak 348 orang personil Brimob yang gagah berani , 2  anggota yang tidak lulus adalah karena akibat sakit yaitu “ Brilian felix Aritonang asal polda Sumut “ dan “ ( alm ) Arifin asal Polda Jatim.

Selepas Pelantikan , semua Bintara 15.1 melanjutkan Studi Program Pembinaan dan Pengembangan Kemampuan Brimob ( Magang ) di Mako Korps Brimob Polri  Kelapa Dua , Cimanggis Kota . Depok selama 5 bulan. Proses Pembinaannya dilasankan oleh 3 satuan di Korps Brimob Polri , yaitu Sat 1 / Gegana ( sus Wanterror dan Jibom ) , Sat 2 / Pelopor ( sus SAR Combat “ Delta Team “ , GAG , Konvensional Jungle Warfare , Survival , Combatan ) , Sat 3 / Pelopor ( sus PHH dan Pengendalian Huru Hara massa , Reserse Mobile ).Selama masa ini bagi 15.1 , bukanlah masa yang lebih mudah dan gampang untuk dilewati , karena penggemblengan pada masa ini semakin menjadi dan menempa seluruh anggota secara lebih dan sangat signifikan , inti pada masa ini adalah kita dibawa pada titik kulminasi limitasi tercapek secara fisik dan psikis untuk tetap sanggup memanggul beban guna tetap mampu melaksanakan tugas sebagai bhayangkara brimob polri yang terpuji dan patuh hukum .

Selepas masa Program Pembinaan dan Pengembangan Kemampuan Brimob ( Magang ) yang ditutup dengan Long March dari Gunung Pancar ( Bogor ) sampai Mako Korps Brimob Polri ( Depok ) sejauh +/- 120 km , yang dimulai Start pada Pukul 17.30 WIB oleh Bapak WAKAKOR BRIMOB POLRI BRIGJEN POL. Drs. Jhonny Wainal Usman.Rekor tercepat finish pada waktu itu adalah pada pukul 12.15 oleh Anggota yang bernama Bripda S.G.E. Limbong. Selesai acara tersebut seluruh anggota masih harus dihadapkan pada Proses Pembekalan selama Kurang Lebih 4 bulan di Mako Satuan 1 / Gegana Mabes Polri , dalam proses ini para 15.1 diberikan pelatihan dalam rangka Pra Ops  melaksanakan tugas efektif operasi di wilayah yang akan secara efektif sebagai Organik yaitu Poso.Selama masa ini , 4 instruktur yang pasti terngiang di setiap warga 15.1 adalah ( Alm.) Brigadir Donny Rahmanto ( Koor Pembina ), Bripda Supardi ( Bela diri , Physical Trainer , Agama ),( Alm. ) Bripda Boaz Woisiri ( SAR combat , Combatan ), Bripda Puguh ( Petembak + penembakan ).

Pada hari rabu tanggal 29 maret tahun 2006, dengan menumpang KM Dobonsolo  347 0rang personil Brimob belia dibawah pinpinan AKP Yudo Nugroho berangkat dari pelabuhan Tj.Priok Jakarta menuju pelabuhan Pantoloan, Palu Sulawesi Tengah. Dalam perjalanan dinas yang memakan waktu selama empat hari tersebut terjadi sebuah tragedi yang mungkin bisa menjadi penghalang perjalanpasukan pembawa perdamaian tersebut.  KM Dobonsolo mengalami benturan dengan KM Tidar ketika bersandar di pelabuhan Tj. Perak, Untungnya musibah tersebut tidak menjadi penghalang yang signifikan.
Tepat pada hari sabtu tanggal 1 April 2006 , rombongan telah tiba di pelabuhan Pantoloan dan langsung disambut Kapolda Sulteng Brigjen Polisi Oegroseno.
Seluruh anggota langsung menuju Kabupaten Poso untuk melaksanakan operasi pemulihan Lanto Dago. Reancananya tiga kompi brimob ini masuk paket operasi pengamanan dan pemulihan Kabupaten Poso bersama rekan dari polisi tugas umum yang berjumlah 2000 personil dan dikirim dari berbagai Polda di seluruh Indonesia, prgram yang dicanangkan oleh Kapolri waktu itu Jenderal Soetanto terkenal dengan nama POSO 2000.
Selama di Poso sepak terjang Poso 2000 menyelesaikan berbagai Operasi, mulai dari bimasteral,pemulihan dan penegakan hukum. Alhamdullilah seluruh personil 15.1 selama tahun-tahun operasi yang hasilnya cukup memberi kan rasa tentram dan aman untuk sementara waktu di Kabupaten Poso tidak ada personil yang gugur, meskipun telah mengalami pertempuran yang hebat seperti tragedi Tanah runtuh pada opersi konjegensi thun 2007. Tapi rekan dari Polisi umum dan Brimob BKO resimen atas nama Briptu ( Anumerta ) Dedi Hendra dan Briptu ( Anumerta ) Roni Iskandar Gugur pada Operasi tersebut.
Setelah 4 tahun program Poso 2000 berjalan dan bisa dikatakan berhasil, sebagian pesonil dari Polisi tugas Umum dikembalikan ke polda asal masing-masing. Lain halnya dengan personil dari Brimob yang dinyatakan sebagai organik. Sungguh Ironis dengan apa yang dijanjikan sebelumnya bahwa ketika operasi selesai yang ditandai dengan amanya Poso, maka program Poso 2000 dibubarkan, padahal 15.1 adalah anggota program Poso 2000 yang tiba terlebih dahulu di daerah operasi Poso!!!! jadi datang duluan , pulangnya entah kapan?? Tapi apa hendak dikata, sampai tahun 2011 rekan dari Polisi tugas umum telah tenang dan bahagia menjalani kehidupan di daerah asalnya.
Pada Hari kamis tanggal 20 desember 2012 , empat tahun selepas bubarnya program Poso 2000, dua anggota 15.1 gugur ketika melaksanakan patroli dan disanggong di sekitar desa Tambarana Poso pesisir. Rekan yang gugur bernama Almarhum Brigadir ( Anumerta ) Eko wijaya Sumarno dan Brigadir ( Anumerta ) I Wayan Putu Ariyawan. Sampai detik ini pelaku yang melakukan penyerangan tersebut belum diketahui apalagi ditangkap oleh pihak yang berwenang. Diduga kelompok penyerang tersebut adalah gerombolan teroris pimpinan Santoso Cs yang akhir-akhir tahun 2012 mengacau keamanan di kabupaten Poso.


5 Contoh Usaha Dengan Modal Kecil dan Berpotensi


Sumber ilustrasi : Google
Bingung mencari usaha yang tidak membutuhkan banyak modal…? khususnya untuk mahasiswa yang sedang mencari solusi dan peluang memulai program mahasiswa wirausaha…? dan jenis-jenis usaha apa saja yang membutuhkan modal kecil untuk memulainya.

Banyak sekali orang maupun mahasiswa-mahasiswa yang mencari usaha yang tidak membutuhkan banyak modal. Namun kembali terbentur ternyata usaha-usaha yang mereka dapati itu ternyata juga membutuhkan banyak modal dan bingung bagaimana harus memulai menjalankan usaha tersebut.

Sekedar mencari-cari peluang usaha dan blogwalking di beberapa blog sahabat-sahabat yang lainya, saya pun mengumpulkan beberapa jenis usaha yang tidak membutuhkan modal terlalu banyak dan cocok untuk dikerjakan mahasiswa semabari menyelesaikan kuliahnya.
Berikut jenis-jenis usaha yang tidak membutuhkan terlalu banyak modal:

1.Bisnis Pulsa
wah kalo bisnis yang satu ini kayaknya sudah tidak asing lagi di telinga mahasiswa, dan kayaknya sudah terlalu banyak juga yang jalaninnya. eit jangan salah sangka dulu bisnis pulsa ini selalu memiliki prospek kok. Asalkan kita tau bagaiman cara mengolah dan menjalankannya sehingga berbeda dengan bisnis pulsa yang lainya dan selalu memiliki pangsa pasar, karena pulsa ini adalah salah satu barang konsumtif yang selalu dibutuhkan saat ini.

2.Laundry Antar Jemput
Emang ada laudry yang modalnya kecil ? (hmmm) laundry yang satu ini bahkan tidak membutuhkan modal. Dibutuhkan hanya keberanian dan tekad kita saja. Caranya begini ajak beberapa orang teman atau saudara kamu kemudian datangi salah satu laundry yang cukup besar dan ajak kerjasama, team kamu akan mengantar dan mengirimkan pakaian kepada mereka dengan persentase keuntungan yang ditentukan. Banyak kok khususnya masyarakat yang tinggal di perumahan yang malas mengantarkan pakaian kotor mereka sendiri ke laundry, ini bisa jadi peluang buat kamu bisa dimulai dengan membuat brosur laundry tersebut atau bahkan dimulai dengan mendatangi rumah-rumah tersebut satu persatu.

3.Menjual Gorengan
Mendengar ini mungkin kebanyakan mahasiswa jadi gengsi kali ya? Tapi saran saya jika ingin memulai menjadi seorang pengusaha yang pertama kali harus di lawan adalah rasa gensi dan malu dari diri kita sendiri. Termasuk dengan usaha yang satu ini kamu bisa memulai usaha gorengan bahkan dari rumah dan tidak membutuhkan modal yang besar kok.Caranya dimulai dengan mencari buah apa yang paling murah dan banyak di daerah kamu, nah olahan buah itu bisa di buat gorengan dan di pasarkan.

4.Pembuatan Es Batu
Belum pernah terpikirkan kali ya…? tapi sebenarnya peluang usaha ini cukup prospek kok. Kamu bisa memulainya dengan membuat es batu di rumah kamu sendiri. Terus pemasarannya kamu bisa datangi penjual-penjual yang menurut kamu membutuhkan es batu sebagai bahan produknya misalnya pengusaha jus atau mungkin yang lainya.

5.Menjual Pakaian Lewat Social Media
Kamu seringkan melihat status facebook atau twitter teman-teman kamu yang memajang produk-produk pakaian di status mereka? Nah kamu bisa memulainya dari sini kamu bisa menjual produk-produk pakaian ataupun elektronik yang kamu miliki ke teman-teman kamu. Caranya kamu coba deh nyari agen atau distributor produk-produk tersebut dan kamu ajak kerjasama, dengan kata lain kamu menjadi sales marketing di lapangan dech.

Itu adalah usaha yang tidak membutuhkan banyak yang coba saya rangkum dari beberapa referensi. Sebenarnya masih banyak lagi kok yang lainya syaratnya kita hanya sedikit mau capek dan berusaha. 
Sumber :  konomi.kompasiana.com/wirausaha/2012/09/28/5-contoh-usaha-dengan-modal-kecil-dan-berpotensi-491107.html

Polisi Dilarang Apatis

Fenomena gaya hidup Internet dan game sangat mempengaruhi perilaku generasi saat ini. Dampak negatif dalam kehidupan sosial cenderung menjadikan remaja saat ini menjadi pribadi yang kurang mengenal atau kurang peduli apa yang terjadi disekitanya. Alam pikiran mereka telah asyik dengan permainan-permainan yang disediakan benda-benda elektronik. Sisi positifnya mereka menjadi anak yang diharapkan kebanyakan orang tua, manis dan betah dirumah tidak mudah terbawa pergaulan “nyeleneh” dari luar.
Tapi apakah sosok-sosok individulis dan autis yang inikah yang kelak bisa diamanati sebuah pangkat oleh masyarakat untuk mengayomi,melayani dan melindungi masyarakat? Mungkin dalam pekerjaan non pelayanan Masyarakat, sikap-sikap seperti itu tidak bermasalah, tapi pekerjaan yang melayani khalayak banyak seperti Polisi, sikap peduli kepada lingkungan sekitar jelas sangat diperlukan.
Coba anda bayangkan, apabila seorang Babinkamtibmas di lingkungan kelurahan anda, tidak pernah muncul sambang atau interaksi dengan warganya? Kemana anda bisa mengeluh atau konsultasi tentang gangguan keamanan yang terjadi di sekitar anda?
Seorang personil kepolisian, telah didoktrin semenjak dari pendidikan agar jangan bersikap Apatis. Radius 500 meter dari tempat tinggal seorang Polisi, wajib mengenal apa, siapa, dimana dan bagaimana situasi keadaanya. Mungkin sikap G U ( Gila urusan) atau Kepo kurang disukai orang saat ini. Tapi profesi seorang Polisi mengharuskan seperti itu, selama dalam konteks positif untuk mendukung terciptanya situasi yang aman, tenang, nyaman dan terkendali.
Tidak benar, seorang abdi Masyarakat seperti anggota kepolisian bersikap masa bodoh, malas bergaul bahkan cenderung ekslusif dalam kehidupanya. 1 x 24 jam tanpa libur adalkah nasib jadi seorang Polisi, karena bagaimanapun kejahatan tidak mengenal hari libur.
Sikap tidak apatis ini tidak hanya ditunjukan bagi fungsi Binmas saja, apapun fungsinya baik Intel, reserse, samapta bahkan Brimob tidak diperkenankan bersikap demikian. Ini maklum karena resiko menjadi Polisi berarti harus berhadapa dengan masyarakat sebagai tuanya yang diabdi.
Jayalah Polriku

Sabtu, 26 Oktober 2013

Peran Vital Komandan Ketika Penugasan

Namanya kawanan Macan sudah jelas tidak bisa dikomando oleh Kambing. Seandainya hal itu dipaksakan terjadi, maka keberanian dan ketangguhan yang dimiliki para Macan akan hilang sama sekali lantaran pemimpinnya itu Kambing.
Satuan Militer dimanapun, jelas harus memiliki komandan-komandan yang cakap untuk memimpin anggotanya bertugas.
Mampu menjadi orator yang ulung untuk membakar semangat juang prajuritnya. Tidak panik ketika menghadapi situasi paling sulit sekalipun. Yang terpenting dia bisa membawa seluruh anggotanya kembali selamat dari tugas!!
Jangan pernah berharap bisa berhasil dalam penugasan apabila nyata bahwa seorang komandan yang berkomando itu bermental kambing!! Sekalipun dia membawa para prajurit dengan kualifiksi pasukan elit, yakin dan percayalah kesialan akan menimpa ikatan pasukan itu.
Prajurit itu dibentuk dan didoktrin dengan falsafah “selain perintah laksanakan !!” Hitam dan putihnya mereka tergantung Komandonya.
Makanya dalam catatan sejarah, prajurit yang tertulis mendapat gelar “Pahlawan” pastilah seorang unsur komando. Apabila ada prajurit yang tercatat dalam tugas hanya ketika prajurit tersebut berhasil dalam tugas khusus, entah itu membinasakan tokoh penting lawan atau melaksanakan misi khusus seperti penyusupan.
Nah sebaliknya, sekawanan kambing bisa bermental layaknya Macan, apabila dipimpin oleh Seekor Macan !!!
Masih ingat bagaimana militan dan tak gentarnya Arek-arek Suroboyo yang dikompori Polisi Istimewa ( Brimob saat ini ) maju melawan Pasukan Inggris yang baru saja memenangkan perang Dunia ke dua saat itu?
Para pemuda yang hanya bermodal senjata seadanya mampu melayani ketangguhan para pasukan Elit Ghurka yang terkenal tangguh dan terlatih itu!!
Siapakah sosok dibalik keberanian mereka !? Tentu kita semua mengetahui nama Bung Tomo sang orator ulung dan pembakar semangat dibalik peristiwa heroik 10 November 1945!!
Dalam sejarah Islam kita mengetahui bagaimana kegagahan sang Jenderal Thariq Ibnu Ziyad yang mampu memenangi perang hanya dengan pasukan yang sedikit bila dibandingkan lawanya.
Betapa vitalnya peran komandan dalam pertempuran. Oleh karena itu, ketika terjadi penyanggongan oleh oleh lawan, maka yang pertama dibidik adalah komandonya. Dengan tujuan untuk menceraiberaikan ikatan pasukan tersebut.
Mayjen TNI ( Purn) Ryamizar Ryacudu berkata ” Kesejahteraan Prajurit, adalah latihan dan latihan.”

Cap Tikus yang Membuat Murus

Ilustrasi : sumber Kompasiana
Kalau anda jalan-jalan ke Provinsi Sulawesi Utara atau Provinsi Sulawesi Tengah maka pasti akan menemukan minuan keras Tradisional Cap Tikus!!
Loh, kok namanya cap tikus? Apakah ada gambar binatang pengerat di dalam kemasanya sehingga dinamakan demikian??
Tidak ada, sama sekali ora ono!! Jangan harap anda bisa bayangkan kalau minuman keras tersebut dikemas layaknya minuman impor yang gampang didapatkan di kota-kota pulau Jawa.
Minuman keras berkadar alkohol lebih dari 40 % itu dijual cukup hanya dibungkus dengan kantong plastik layaknya bungkusan es cendol. Dijual secara sembunyi-sembunyi dan di komsumsi pula secara sunyi senyap untuk menghindari razia dari aparat yang siap menangkap.
Soal harga cap tikus tak perlu pusing, minuman yang mendapat julukan 3 M ( murah,meriah dan mencret) bisa dijangkau dengan harga yang rendah dari pedagang.
Cap tikus dibuat dari sari buah aren, yang disadap dari buahnya dari pagi hingga sore. Air buah nira ini tidak ada bedanya dengan pembuatan gula merah, hanya saja bahan cap tikus dicampu sedikit kulit pohon gaharu hutan.
Nah, air tersebut dinamakan Saguer dan bisa juga memabukan kalau dikomsumsi secara berlebihan.
Kemudian saguer tersebut dimasak untuk diambil uapnya. Karena alat penyulingannya terbuat dari bambu yang di sambung, panjang berliku layaknya lubang tikus, maka uap yang dihasilkan itu dinamakan cap tikus, diambil dari jalan uap yang dihasilkan akibat proses pemasakan saguer tadi.
Berulang-ulang Aparat Kepolisian berusaha untuk membasmi minuman ini, tapi sepertinya malah gugur satu tumbuh seribu. Bagaimana tidak, banyak sekali petani yang menggantungkan hidupnya dari Pohon aren ini, bahkan ada istilah bagi pengrajin minuman ini, lebih baik rubuh rumah daripada pohon arenya diruntuhkan.
Sebenarnya minuman ini tadinya berfungsi sebagai obat penawar rasa lelah bagi para petani setelah seharian bekerja di ladang. Cukup diminum satu gelas sebagai penghantar tidur, mereka percaya ketika bangun pagi kembali, badan mereka akan terasa segar dan siap berangkat ke ladang lagi.
Tetapi, karena seiring berjalannya waktu, banyak generasi-generasi muda yang menyalah gunakan fungsinya untuk dikomsumsi secara berlebihan, sehingga mengakibatkan perbuatan-perbuatan yang merugikan, karena minuman ini juga telah di daulat sebagai kambing hitam penyebab kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah.
Seperti halnya lem aibon dimasa lalu yang berfungsi untuk merekatkan plastik-plastik keras. Tetapi disalah gunakan oleh remaja sebagai alat yang bisa menghilangkan kesadaran.

Nasihat Bapak Aceng HMF ( Humor)

Sumber Foto : BBM
Sewaktu remaja dan masih duduk di bangku sekolah. Perilaku saya bisa di golongkan sebagai anak yang mengalami krisis kepercayaan diri yang tinggi, sehingga bisa dikatakan jarang mempunyai teman dekat dari kalangan gadis. Jangankan merasakan pacaran, setiap menyukai seorang gadis saja selalu kandas berkahir tragis dengan penolakan.
Yah, sebagai seorang anak kampung yang di anugerahi wajah pas-pasan ditambah pergi bersekolah hanya menumpang diatap angkot. Hal sudah sangat memenuhi kriteria untuk tidak dilirik gadis-gadis di sekolah, yang pada waktu itu kebanyakan mendambakan seorang pacar berkendara sepeda motor ke sekolah.
Andai saja pada saat itu bertemu, Bapak Aceng HMF. Mungkin beliau akan menasehati saya dengan begini :
” De, jangan sedih, sabarlah…tetaplah gapai cita-citamu setinggi langit dan jangan pernah berputus asa. Ingatlah bahwa karakter wanita itu ada tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah wanita ” Siapa kamu!!”. Mereka adalah para wanita yang menolak pria yang tidak diinginkanya dengan cara yang kasar dengan kalimat kira-kira seperti ” Siapa sih kamu??!! Beraninya suka sama gue?? Ngaca dong ngaca!! Pergi sana.” Biasanya hal tersebut terjadi ketika wanita tersebut benar-benar telah muak dan merasa terganggu kepada lawan jenis yang mendekatinya.
Berikutnya adalah kelompok
“Siapa sih aku”
Wanita ini biasa menolak lawan jenis yang mendekat dan tidak diinginkanya dengan kata-kata yang bernada ironi. ” Siapa sih aku, kenapa kamu suka sama aku, aku kan jelek,gendut,jarang mandi. Baiknya kamu cari cewek yang lebih baik dari aku. Jujur aku tidak pantas buat kamu, maaf ya.” Begitulah kira-kira kalimat yang diucapkan wanita kelompok ini.
Dan yang terakhir adalah kelompok wanita “Siapa saja”. Kelompok ini, tidak mengenal ungkapan penolakan. Ketika seorang pria mapan, mempunyai popularitas dan kekuasaan. Saya yakin dan percayalah. Siapa saja akan suka terhadap kamu de!! Dengan uang kita bisa beli segala yang kita inginkan………….”
Mohon maaf hanya sekedar humor.

Aku Dipaksa Menyaksikan Suamiku Disembelih

Namaku adalah Juariah. Aku adalah seorang wanita berusia duapuluh satu tahun. Pada hari ini adalah tepat satu bulannya aku dipersunting oleh kang Jeje suami tercintaku. Pemuda ganteng yang bekerja sebagai bandar tikar di Kota. Lantaran pekerjaan ini pula, terpaksa aku hanya menikamati kebersamaan selama tiga hari setelah ijab kabul di depan pak lebe yang menikahkan kami.
Kadang aku berpikir, nasibku tidak jauh berbeda dengan Neng Cicih yang mempunyai suami seorang prajurit TKR. Dirinya hidup sendiri, ditinggala kang Endang yang harus ikut hijrah ke Yogya, mengikuti perintah Komandanya.
Karena itu juga aku memilih dipersunting Kang Jeje yang bandar tikar itu, dengan harapan tidak mersa kesepian seperti neng cicih. Tapi yang namanya jodoh, kata Ambu memang jorok. Terkadang apa yang kita inginkan tak sesuai apa yang kita harapkan. Gusti Alloh memang hanya memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.
Situasi kampungku saat ini, sedang ramai-ramainya aksi pembunuhan, pembakaran, dan perampokan yang dilakukan oleh para gerombolan. Aku tidak tau maksud keberingasan mereka. Sebagai istri bandar tikar yang hanya bertugas membeli tikar berbahan pandan hutan, kegiatanku sehari-hari hanya mengumpulkan hasil kerajinan dari tetangga untuk dibawa kang Jeje ke Kota. Soal maksud dan tujuan para gerombolan itu aku sangat apatis, tak mau tau dan berusaha menghindarinya.
Tiga hari yang lalu tetanggaku ditemukan tewas mengenaskan dirumahnya. Entah apa motifnya, yang sedikit aku ketahui korban tersebut baru pulang dari kota, mungkin karena ada yang menyampaikan informasi bahwa tetangga tersebut pulang dengan membawa hasil, maka dia dirampok dirumahnya. Yah situasi para gerombolan saat ini begitu terjepit, mereka diburu oleh para serdadu KNIL setiap harinya, sehingga hanya bertahan di hutan-hutan yang tidak jauh dari kampungku. Karena Konflik antara KNIL dan gerombolan ini pula, rakyat yang menjadi korbanya. Siang hari kampungku didatangi satu truk patroli KNIL yang mencari-mancari anggota gerombolan, sedangkan malam hari kampungku disantroni para gerombolan yang turun gunung mencari perbekalan dan membabat orang-orang yang dianggap mata-mata KNIL. Rakyat jadi serba salah, kedua belah pihak sama-sama menakutkan dan sama-sama tak segan untuk berbuat di luar perikemanusian terhadap rakyat yang dianggap mendukung salah satu lawanya.
Pagi itu. Pak punduh datang ke rumahku membawa sepucuk surat dari kator kepala desa. Dia mengatakan bahwa surat tersebut diketahui dari Kang Jeje untuk aku. Setelah mengucapkan terima kasih kepada kang Pak Punduh, beliau pun segeri berlalu meninggalkan rumahku.
Dengan perasaan senang aku mulai membuka pesan dari kakangku tercinta tersebut. Isinya mengatakan bahwa kang Jeje akan pulang pada hari Rabu. Hatiku berteriak riang, kulihat kepala surat bahwa surat tersebut dibuat kang jeje pada hari sabtu lalu. Jadi besok di akan ada dipelukanku. Oh kang Jeje, cepatlah pulang, aku sudah sangat merindukanmu.
Segera aku merapihkan rumah, menyiapkan kamar untuk melanjutkan acara bulan madu yang sempat tertunda. Kusuruh adiku Koswara untuk memotong Ayam, rencananya akan kubuatkan pepes ayam kampung, masakan kesukaan kang Jeje.
Esok harinya, ketika sedang asik memasak di dapur, kudengar ucapan salam dari seseorang yang tidak asing lagi suaranya. Dengan sumringah, aku bergegas menuju pintu ruang tengah, kulihat dari balik jendela, ternyata benar!! Kang Jeje tidak ingkar!! Dia datang dengan wajah gantengnya. Tanpa banyak basa-basi kupeluk dan kuciumi dia sepuasnya sebagai luapan rasa rindu yang tertahan selama ini.
Setelah itu, kupersilahkan belahan jiwaku tersebut untuk menyantap masakanku, diapun menyantap masakan kesukaanya dengan lahap. Sementar dia duduk makan di dapur, aku permisi untuk menutup jendela karena hari telah menjelang senja, menyalakan lampu damar untuk penerangan di semua ruangan dan merapihkan kembali kamar untuk persiapan sebentar malam.
Tapi tak berapa lama, tiba-tiba terdengar suara keras sesorang mendobrak pintu belakang di dapur. Aku yang sementara ada di kamar langsung bergegas untuk memeriksa keadaan.
Tapi tak kusangka, aku menyaksikan pemandangan yang begitu menyedihkan. Kang Jeje suamiku tercinta kudapati sedang disembelih oleh seorang laki-laki brewok diatas tempat duduknya. Kepalanya disandarkan diatas meja sambil ditolak keras oleh kedua temanya. Kulihat mata kang Jeje melihatku sambil manahan rasa sakit akibat benda tajam yang mengiris batang lehernya. Aku menjerit sekeras-kerasnya, tapi segera salah satu gerombolan itu menangkapku dan menutup mulutku dengan tangannya. Aku dipaksa menyaksikan suamiku meregang nyawa dengan cara sadis waktu itu. Apa yang salah dengan kami, sehingga mereka tega berbuat kejam seperti itu……
Tribute to Almarhumah E. Juariah

Brimob dan Kehidupan Nomadenya

Sumber Foto : BBM
Sudah menjadi resiko seorang aparat keamanan khususnya Brimob menjalani kehidupan nomaden ala bangsa Gipsy. Berbulan-bulan hidup meninggalkan anak dan istri demi menjalankan tugas yang diemban, tak peduli apa itu prajurit remaja atau setengah tua, namanya perintah mau tak mau tetap laksanakan. Kepentingan negara wajib didahulukan daripada kepentingan pribadi, yang penting indra waspada negara raharja.
Jangan berpikir mereka ditempatkan di daerah nyaman atau modern layaknya perkotaan. Perkampungan terpencil dan tepian hutan merupakan tempat favorite yang dijadikan pos-pos menjaga kemungkinan hal-hal yang mengganggu ketertiban dan keamanan negara.
Seperti itulah hidup seorang prajurit Brimob, setengah hidupnya dihabiskan dengan “petualangan “, menyambangi daerah - daerah konflik di berbagai wilayah nusantara yang tentunya berbeda pula latar belakang adat dan budaya tempat asal prajurit tersebut. Adaptasi, sosialiasi sangat diperlukan untuk berinteraksi dengan masyarakan setempat. Berani bertingkah esklusif ditempat kita berada, jangan harap keberhasilan tugas akan didapat. Seperti pepatah karo ” Apabila mesuk kekandang kambing, ikutlah mengembik tapi jangan jadi kambing. Begitu pula apabila masuk kekandang harimau, ikutlah mengaum, tapi jangan jadi harimau. “
Hidup jauh dari hiruk pikuk perkotaan dengan situasi keamanan kurang stabil, mengharuskan anggota Brimob untuk survival demi menjaga kelangsungan hidupnya, meskipun pasokan logistik telah didapat dari kesatuan tapi karena jarak medan yang ditempuh terkadang menjadi kendala lambatnya kedatangan penganjal isi perut untuk didapat. Brimob juga manusia biasa, butuh asupan nutrisi sebagai penunjang tugas.
Mengantisipasi hal tersebut diselang jeda waktu bertugas biasa dimanfaatkan dengan mengekploitasi sumberdaya disekitar. Itulah salah satu keuntungan hidup di pinggir hutan, apa yang bisa dimakan selama itu halal dan tidak mengganggu kehidupan masyarakan setempat, apa salahnya dikerjakan.
Berburu mencari ikan di sungai bersama penduduk lokal menjadi kegiatan yang menyenangkan, selain membaurkan diri sebagai bentuk penggalangan dengan mereka, hal positif lainya kita mendapatkan pasokan logistik tambahan.

Alex Da Silva, Sahabatku Dari Timur Indonesia

Beberapa warga trans asal NTT bersama penulis di kab Buol.
” Mari jow Eja, sebentar sore Bastrom torang!!”
” Oke Eja, so pusing juga ini kepala, tiga hari nyanda makan Gabus, nanti saya jemput ke Pos heh? “
Alex adalah warga transmigran asal pulau Timor, sejak tahun 1994 dia dan keluarganya meninggalkan pulau kelahiranya untuk menetap di kabupaten Buol. Wajahnya yang khas mestizo ditambah nama belakangnya ada marga Portugis yaitu Da Silva membuat saya yakin kalau dia itu asal usulnya merupakan pernakan Portugis.
Tidak mengherankan memang, bahwa Indonesia bagian timur merupakan daerah yang kental pengaruh budaya negara semenanjung Iberia tersebut. Postur tubuh yang atletis, hidung mancung, ditambah gaya bicara yang sedikit meledak-ledak merupakn ciri kebudayaan mereka. Tapi salutnya mereka bersikap terbukan dan mempunyai rasa kesetiakawanan yang tinggi, tak peduli temanya berlatar belakang berebda, selama itu kawannya pasti mereka setia. Itu merupakan pengalaman pribadi saya hidup di komunitas Alex selama enam bulan. Memang jangka waktu tersebut bagi sebagian orang mungkin belum cukup untuk mendalami karakter seseorang apalagi komunitas. Tapi kedekatan dengan mereka yang bisa dikatakan sampai makan, tidur dan bermain di sana, cukup bagi saya mengetahui apa, bagaimana dan siapa mereka.
Kenyataanya, mereka tidak seperti yang digambarkan media selama ini, terutama kehidupan mereka di Jakarta, yang berkarakter preman, sangar dan senang membuat onar. Jangan menilai dari salah satu oknum saja, karena berkulit seram dan hitam kita tidak boleh asal mencap negatif kepada mereka. Kenyataanya, mereka itu baik bahkan menghormati saya sebagai seorang muslim yang tinggal bersama mereka. Tidak ada suasanan pengkotak-kotakan yang ditunjukan oleh mereka kepada saya sebagai pendatang dan Aparat Keamanan yang bertugas disana. Bahkan mereka tidak segan memanggil saya dengan sebutan ” EJA ” panggilan kesayangan dikalangan mereka yang artinya kurang lebih adalah “IPAR”, sedikit lucu juga awalnya mereka memanggil saya seperti itu, dalam benak saya, kapan saya menikahi saudaranya, hehehe. Ternyata memang sudah itu panggilan yang lebih mengakrabkan persahabatan kita.

Jumat, 25 Oktober 2013

Mengenal Senapan Serbu Buatan Anak Negeri



Militer dan Kepolisian Negara Indonesia cukup berbangga karena rata-rata inventaris senapan serbu tiap personil adalah nyata buatan anak bangsa sendiri. Untuk urusan ini, negara kita bisa dikatakan mandiri, tidak tergantung harus mengimpor dari negara lain.
Adalah SS 1 ( Senapan Serbu 1 ), senjata laras panjang yang diproduksi oleh PT PINDAD berdasarkan lisensi dari perusahaan senjata Belgia Fabrique Nationale.
Amunisi yang digunakan senjata ini adalah kaliber 5.56 x 45 mm standar NATO dan memiliki berat kosong 4,01 kg.
Senapan standar TNI dan POLRI ini telah teruji keampuhannya di medan pertempuran sebenarnya di dalam negeri seperti Aceh,Papua dan Timor timur. Ketika penugasan keluar negeri sebagai kontingen PBB seperti Lebanon dan Sudan, TNI dan POLRI tidak lupa pula membawa senjata ini.
Banyak orang tidak menyadari bahwa SS1 tak kalah hebatnya dibandingkan dengan senjata buatan luar negeri. Kemampuanya sudah teruji dalam berbagai event-event kejuaraan menembak internasional dengan menyabet juara umum.
SS1 terkenal dengan akurasinya yang tinggi, apabila dibandingkan dengan AK 47 buatan Rusia.
Namun kelemahannya adalah daya tahannya masih dibawah AK 47 tapi diatas M16 buatan Amerika serikat.
Banyak negara yang mengakui dan minatnya akan senapan tersebut, seperti Fhilipina dan Mali. Tapi sikap yang berbalik terhadap petinggi TNI yang suka sekali membeli perlengkapanya dari luar.
Tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa SS1 larasnya mudah sekali melengkungatau bengkok bila senjata ini ditembakan secara terus menerus. Karena kenyataan dilapangan tidak ada bahkan tidak ditemukan fakta yang mendukung isyu dan ungkapan tersebut. Hanya saja senapan ini terkadang mengalami masalah ” cut ” atau macet ketika hendak ditembakan memakai amunisi hampa. Akan tetapi masalah ini terletak pada peluru hampa tersebut yang mengalami kerusakan seperti sudah mekar ujung amunisinya. SS1 mempunyai pilihan tembakan manual, satu kali tarik pelatuk satu peluru keluar. Otomatis satu kali tarik dua peluru serta tembakan rentetan layaknya senjata mesin.
Senjata ini sangat cocok digunakan dalam perang konvensional lapangan terbuka seperti di hutan belantara karena memang didesain layaknya karakter strategi perang Tentara kita yaitu Gerilya lawan gerilya.
Sayangnya agak terasa kurang pas apabila digunakan dalam tekhnik pertempuran jarak dekat ( PJD ) seperti perang kota atau dalam suatu ruangan seperti pembebasan sandera oleh Unit teror karena senjata ini mempunya laras dengan panjang 178 mm. Akan sangat berat dan kurang lincah apabila digunakan ketika PJD yang membutuhkan kecepatan serta reaksi ketika hendak menembak lawan. Biasanya pasukan teror Indonesia menggunakan SS2-V5 yang merupakan generasi kedua dari SS1 untuk senjata standarnya. Dengan laras lebih pendek serta lebih ringan dan diklaim memiliki desain lebih ergonomis serta akurasi lebih baik menjadikan SS2 sangat cocok digunakan ketika pertempuran jarak dekat.
Berikut ini adalah beberapa varian SS1.
- SS1 - V1. Adalah varian dasar bagi SS1. Laras standar dengan popor lipat.
- SS1 - V2. Varian pendek dari SS1, larasnya diperpendek.
- SS1 - V3, Varian standar dengan popor tetap.
- SS1-V4, serupa dengan varian V1 ditambah dengan teleskop.
- SS1 V5- Varian terkecil dari semua varian, dengan laras 252mm dan berat 3,37 kg dengan popor lipat. Dirancang untuk tekhnisi, kru tank, pasukan garis belakang dan pasukan khusus.
- SS1 - R5 Raiders - sub varian V5 yang dirancang khusus untuk pasukan khusus terbaru TNI Raiders.
- SS1 Seri M . Dibuat khusus untuk Krops Marinir, dengan proses pengecatan special untuk menahan air laut dan tidak mudah berkarat. Varian ini dirancang khusus untuk tetap dapat digunakan setelah masuk lumpur dan pasir.
- Sabhara V1-V2. Pengembangan varian ini dikhususkan untuk kepolisian. Yaitu perlunya kemampuan melumpuhkan bukan membunuh. Varian ini menggunaka peluru 7,62 x 45 mm PT PINDAD.
Dari berbagai sumber.

Pertempuran jarak dekat

Sampai detik ini, pertempuran yang paling mengerikan di muka bumi ini tiada lain adalah pertempuran jarak dekat ( PJD).
Alasanya. Dalam PJD, seorang Prajurit tidak mempunyai kesempatan untuk bersantai-bersantai ketika kontak senjata terjadi. Unsur kecepatan, kekerasan, dan kejutan menjadi modal utama untuk meminimalisir korban ketika PJD berlangsung. Dalam pertempuran konvensional ( biasanya terjadi dilapangan terbuka ) kita bisa menyaksikan seorang prajurit tiarap, tidur-tiduran ayam bahkan minum kopi dan merokok seperti yang sering kita saksikan di film Holywood. Dalam PJD yang terjadi dalam ruangan sempit, seorang prajurit hanya bisa berlindung, berlari kemudian menembak dengan cepat.
Jangan harap anda bisa membidik lawan secara sistematis untuk menentukan sasaran. Prajurit dituntut menembak reaksi dengan cepat. Siapa duluan menembak dia yang selamat.
Contoh pertempuran PJD salah satunya pembebasan korban yang disandera teroris. Biasanya terjadi didalam pesawat, kereta ataupun gedung.

Gambarlah Poso dengan Sebaik-baiknya

Memang tepat nasihat Abah di kampung. Bahwa kalau menilai seseorang tidak cukup dari kulit luarnya saja. Ibarat filusufi buah Durian, nampak tajam dan berduri dari luar, tapi alangkah sungguh nikmat serta lezat apabila sudah dibuka dan dinikmati isi durian tersebut. Begitu sebaliknya buah kedondong, permukaan kulit yang halus nampak dari luar, tapi hati-hati dengan biji berduri didalamnya.
Situasi diatas tersebutlah yang melanda sebagian petugas kepolisian di kabupaten Poso. Terlanjur dengan labelisasi karakter orang Poso yang digambarkan keras serta kurang ramah, membuat sebagian anggota Polri disana menjaga jarak dengan masyarakat. Selain itu latar belakang budaya yang berbeda membuatnya ada jurang ketidakcocokan yang tidak mendasar.
Jelas ini salah bagi sebagian anggota polri yang telah dibekali program pemolisian masyarakat.  Jangan harap bisa merangkul atau mengembangkan fungsi tribrata tanpa bisa terjun jauh di suatu komunitas. Ini bisa berakibat fatal, pengambaran karakter yang salah, menyebabkan masalah terorisme yang terjadi di Poso akan sulit diselesaikan.
Sederhanya tak kenal maka tak sayang. Sebagai pelayan pelindung pengayom masyarakat, hubungan Polri dan Masyarakat ibarat Pelayan dengan yang dilayani. Jadi sungguh tak elok apabila seorang pelayan, bersikap apatis terhadap tuanya.
Sering kita membaca, bagaimana Prajurit Kodam Siliwang bisa “harum” dan membawa kemenangan di tempat tugasnya. Bukan kerena sifat arogan dan ketegasanya, tapi karena mental teritorial serta pembinaan yang dimiliki setiap prajurit Siliwangi.
Memang, tidak semua Anggota Polri di Poso bersikap menjaga jarak dengan masyarakat dengan alasan tersediri, karena banyak pula Anggota Polri yang berlatar belakang dari luar daerah Poso sangat disayangi warga disekitar tempat tinggalnya, tentunya ini menunjukan keberhasilan dia mengayomi, melayangi dan melindungi orang-orang disekitar itu. Biasanya, masalah apatis terhadap lingkungan menjangkit kepada anggota Polri yang baru saja menjalani tugas sebagai polisi, ditambah termakan pencitraan kota Poso sendiri yang dilanda konflik berlarut-larut.
Semoga POLRI semakin jaya.

“Leluhur Saya Belajar Menambang Emas Dari Orang Sunda.”

Akhir-akhir ini, kita sering mendengar banyak ditemukan tambang emas yang dikelola oleh rakyat ( baca : cara tradisional ) hampir diseluruh pelosok Nusantara.
Meskipun menambang logam mulia dengan cara manual seperti itu mengandung resiko yang tidak kecil, baik untuk manusia atau lingkunganya. Toh tetap saja, akibat dan tantangan yang demikian besar itu tidak menjadi soal apabila dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan dari padanya. Karena bagi sebagian orang, menjadi penambang adalah salah satu cara cepat untuk menjadi kaya ataupun sekedar solusi untuk bertahan hidup dari kesulitan yang menimpa perekonomian negeri ini.
Bicara soal tambang rakyat identik dengan orang-orang Sulaweis Utara. Dimana ada tambang emas, disitu ada orang Manado.
Mereka sudah terkenal secara turun menurun mempunyai keahlian menambang emas. Bahkan bukan hanya menggali dan membuat “lubang tikus” saja. Orang Manado terkenal bisa menentukan suatu lokasi/tanah yang disinyalir mengandung Emas.
Saking hebatnya keahlian mereka dalam menentukan bahwa suatu lahan mengandung barang berharga tersebut, sampai ada anekdot bahwa orang Manado lebih hebat bila dibandingkan dengan orang barat dalam mencari lokasi tempat si emas ini bersembunyi.
Orang barat ketika mencurigai suatu lokasi mengandung logam emas atau tidaknya harus mengambil sampel tanahnya terlebih dahulu. Selanjutnya melakukan penelitian di labotarium yang memakan waktu lama.
Sedangkan orang Manado cukup dengan memakai sebuah alat bernama ” tibean” yaitu sebuah benda sebesar piring kecil, terbuat dari batok kelapa yang dialasi dengan karet. Kemudian mereka mengambil segenggam tanah yang akan ditest mengandung tidaknya emas. Lalu dicampur tanah itu dicampur sedikit air dari sungai. Setelah si tester itu mengoyang-goyangkan tanah yang sudah dicampur air tersebut. Tak berapa lama, akibat dari percampuran tanah dan air itu, maka munculah serpihan-serpihan kecil berwarna kuning mengambang diatas air. Disini kita jangan terkecoh dengan serbuk kuning tersebut bahwa itu emas. Penambang biasa menyebut benda itu adalah ” Emas gros”, serbuk itu tidak ada maknanya, meskipun terkadang kehadiran benda tersebut bisa menunjukan akan keberadaan emas di lokasi tersebut. Tapi petunjuk yang lebih afdhol kata penambang, adalah serbuk berwarna keperak-perakan yang biasa muncul bersama-sama dengan serbuk keemasan tadi. Apabila si perak tadi sudah muncul, disitu penambang bisa memperkirakan berapa kadar yang terkandung dari emas di lokasi tersebut. Hebat kan?? Singkat dan sederhana seorang penambang Manado bisa begitu mudah menemukan harta didalam gunung.
Tapi penulis sedikit kaget ketika bertemu seorang penambang bernama Pak Kaligis di lokasi tambang rakyat emas Poboya, Palu. Menurut beliau, jauh sebelum orang Sulawesi Utara mengerti cara menambang, orang Sunda Tasikmalaya telah lebih dahulu menguasai tekhnik menambang emas secara tradisional. Bahkan menurut dia lagi, konon Orang Manado belajar mencari emas dari orang Sunda!!
Ceritanya, di zaman kolonial dahulu. Bangsa Belanda membawa dan mempekerjakan orang-orang Sunda asal Tasikmalaya ke lokasi tambang di daerah Bongalaw Mongodow, Sulawesi Utara. Dan disitulah terjadi transfer ilmu antara orang-orang Sunda dan Pribumi setempat. Tapi sayang, pak Kaligis menambahkan. Orang-orang Sunda tidak mengubah cara bertambangnya. Dari dulu dan sekarang metode mereka itu-itu saja, tidak ada perubahan, sehingga akhirnya sekarang, malah orang Manado yang lebih pintar dan banyak yang berhasil dari tambang. Selain itu Orang Sunda terlalu mempercayai hal-hal yang Irasional ketika hendak menambang. Seperti menghitung bulan yang bagus untuk mulai kerja atau menunggu wangsit dari makhluk penunggu lokasi tersebut. Makanya, orang lain sudah menikmati hasil kerja, orang Sunda masih deg-degan menunggu petunjuk dari ” karuhun”.
” Harudang atuh dulur…..”

Demam Emas di Sulawesi Tengah

Sulawesi Tengah bisa dikatakan sebagai Provinsi Emas, bagaimana tidak hampir disetiap kabupaten di tanah ini terdapat banyak tambang Emas.
Titik-titik tambang tersebut telah dikelola dan dimanfaatkan baik oleh rakyat maupun perusahaan. Rincianya di Kota Palu dan Kabupaten Donggala saja sudah terdapat beberapa tempat seperti Poboya,Watutempa, Watutela dan Balaesang. Kabupaten Parigi Moutong mempunyai Sausu yang tembusanya sampai daerah Poso Pesisir sekitar desa Tambarana dan Desa Kalora. Tidak ketinggalan Kabupten Tojo Una-una yang bangga dengan Lokasi tambang Padang bulanya. Di bagian daerah utara provinsi, Kabupaten Toli-toli memiliki kecamatan Dondo sebagai penghasil emas, sedangkan Kabupaten Buol menarik para pemburu emas di Kecamatan Palele yang konon telah dieksploitasi sejak zaman Kolonial Belanda. Bahkan baru-baru ini, masyarakat Buol gempar dengan ditemukanya lokasi tambang emas di wilayah kecamatan Bukal, dilokasi perkebunan sawit PT Sonokeling Buana yang baru dibuka dan konon katanya milik pengusaha asal Ibu kota Ibu Artalita.
Penulis pernah berkunjung ke Lokasi Sonokeling tersebut, tepatnya di Gunung Belanda (begitu Masyarakat disana menyebutnya) perjalanan ke lokasi tersebut memakan waktu sekitar lima jam menaiki mobil, dengan medan yang lumayan menantang. Disepanjang jalan masih terdapat banyak binatang endemik asli Sulawesi seperti Anoa, Babi rusa, Ayam Hutan merah dan burung Alow ( Rangkok) yang melintas jalan. Saat ini lokasi penambangan tersebut baru dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, yang mengeksploitasi logam mulia tersebut dengan mesin dompleng.
Mudah-mudahan dengan melimpahnya tambang-tambang di Provinsi Sulawesi tengah, dapat meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat di Bumi Tadulako tersebut

Sogili, Ikan Penambah Daya Seksual

Masakan dari hewan air ini benar-benar nikmat dan membuat ketagihan lagi, lagi, lagi dan lagi!!
Adalah Sogili begitu penduduk sebagian Pulau Sulawesi menyebutnya, atau sidat sejenis ikan yang hidup dirawa-rawa hingga sungai -sungai kecil dipedalaman Sulawesi tengah yang berbentuk seperti ular.
Ikan ini kono dipercaya dapat meningkatkan gairah seksual bagi yang mengkomsumsinya. Bagaimana tidak setelah memakan bakar sogili di celup sambal dabu-dabu lemon, badan ini terasa panas, apalagi kalau ditambah dengan minuman tradisional khas Sulawesi yaitu Saguer, benar-benar dunia ini terasa indah, hahahaha
Karena kandungan Gizinya yang tinggi, Sogili tidak disarankan untul dikomsumsi oleh penderita darah tinggi maupun stroke. Bahkan menurut istri saya, salah satu yang menyebabkan meninggalnya mertua saya yang menderita stroke setelah menyantap hidangan sogili.
Jadi, siapkah anda menyantap ikan berbentuk ular ini?!