Minggu, 26 Agustus 2012

Alarm Tanda Bahaya “Toki Tiang Listrik”

Di pedesaan Pulau Jawa, dahulu (entah kalau sekarang) ada kebiasaan memukul kentongan yang tersedia menggantung di Pos Kamling untuk memberitakan kejadian-kejadian yang bersifat darurat seperti banjir, orang meninggal dunia atau ada warga yang kemalingan.
Biasanya kentongan dipukul berkali-kali dan orang yang memukul kentongan tersebut berteriak-teriak menyampaikan beritanya. Aksi tersebut cukup efektif untuk mengumpulkan massa dengan cepat.
Kentongan biasa terbuat dari bambu atau kayu.
Lain halnya di Sulawesi Tengah, para warga di sana baik di Kota maupun pedesaan mempunyai kebiasaan memukul tiang listrik yang berjejer di pinggir jalan untuk mengumpulkan massa.
Suara tiang listrik yang di pukul tersebut layaknya Alarm tanda bahaya, memberitahukan bahwa ada “musuh” yang akan menyerang.
Masih ingat dalam benak penulis bagaimana warga Tanah runtuh, Poso, kompak memukul tiang listrik bersamaan ketika sejumlah Polisi memasuki daerah tersebut untuk menangkap gerombolan teroris yang telah terbukti bersembunyi di sana.
Waktu itu Polisi yang di cap
“Thogut” oleh para teroris disana mendapat perlawanan berupa lemparan batu dari sebagian warga yang mendukung keberadaan mereka.
Perang antar kampung yang marak di Kota Palu dan Kabupaten Sigi Biromaru akhir-akhir ini pun selalu di kawal oleh bunyi-bunyian tiang listrik yang bertaut-tautan.
Bisa ditebak beberapa saat setelah suara tersebut “berkumandang”, teriakan kelompok-kelompok massa yang penuh amarah telah siap saling berhadapan lengkap dengan Parang,Tombak,Panah,Sumpit,meriam karbit (diisi pecahan kaca atau paku), panah Ambon dan senjata rakitan seperti yang terjadi di Kecamatan Marawola satu hari setelah Lebaran kemarin.
Sebagai pendatang, penulis saat ini merasa trauma karena efek yang terjadi dibelakang bunyian suara tiang listrik yang dipukul tersebut. Suara itu datang pasti ada kejadian perkelahian massal, sehingga tertanam dibenak penulis, tidak ada keramahan dari suara tersebut.
Bila anda berkunjung ke Sulawesi Tengah, coba pukulah tiang listrik dengan batu, maka yakin dan percayalah para warga disekitar akan berkumpul dengan resah dan gelisah!!
Toki = Bahasa Melayu dialek Ambon yang mempunyai arti “Pukul”