Rabu, 04 November 2015

(COPAS) Teori Kepemimpinan



TEORI KEPEMIMPINAN

Untuk sekedar memberikan suatu pandangan teoritis tentang teori kepemimpinan tidak salahnya jika dikutip tentang kepemimpinan dari Ralph. M. Stogdill yang telah mengadakan survey tentang teori kepemimpinan dalam bukunya Hand Book of Leadership. Dari buku tersebut akan dikutip mengenai pengertian teori kepemimpinan, tipe,dan fungsi kepemimpinan. Walaupun factor sosio-budaya turut menentukan sikap dari seorang pemimpin yang dapat merupakan sikap cirri khas dari suatu bangsa, namun ciri-ciri kepemimpinan secara fundamental adalah universal. Dalam buku Hand book of leadership yang ditulis oleh Ralph.M. Stodgill dengan judul a survey of theory and research mengenai pemimpin dan kepemimpinan diungkapkan terlebih dahulu pengertian atau defenisi kepemimpinan sebagai berikut :

Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep daripada pengalaman.banyaknya konsep definisi kepemimpinan yang berbeda hamper sebanyak jumlah orang yang telah berusaha untuk mendefinisikannya. Sekalipun demikian terdapat banyak kesamaan diantara definisi tersebut yang memungkinkan adanya skema klasifikasi secara kasar.

Kepemimpinan sebagai focus proses kelompok
Cooley (1902) menyatakan bahwa pemimpin selalu merupakan inti dari tendensi dan dilain pihak, seluruh gerakan social bila diuji secara teliti akan terdiri atas pelbagai tendensi yang mempunyai inti tersebut.
Mumford (1906-1907) memandang bahwa kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala social.
Menurut Bernard (1927) pemimoin dipengaruhi oleh kebutuhan dan harapan dari para anggota kelompok. Pada gilirannya ia memusatkan perhatian dan pelepasan energi anggota kelompok kearah yang diinginkan
Smith (1934) menguraikan berdasarkan cirri-ciri kepribadian pemimpin, yaitu bahwa kelompok social yang mencerminkan kesatuannya dalam aktivitas yang saling berhubungan selalu terdiri atas dua hal; pusat aktivitas dan individu yang bertindak sesuai pusat tersebut
Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan
Krech dan Crutcfield (1984) memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok,tujuan kelompok, dan aktivitas kelompok
Knickerbockers (1948) mengikuti alur pikiran yang nampaknya menempatkan dirinya dalam aliran teori pusat kelompok.
Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya
Bowden (1926) mempersamakan kepemimpinan dengan kekuatan kepribadian. Bingham ( 1927) mendefinisikan pemimpin sebagai sebagai seorang individu yang memiliki sifat-sifat kepribadian dan karakter yang diinginkan. Bernard (1926) seorang individu yang lebih efisien dalam melontarkan rangsangan psikososial terhadap orang lain dan secara efektif mensyaratkan respon secara kolektif dapat disebut sebagai pemimpin. Tead (1929) melihat kepemimpinan sebagai perpaduan dari berbagai sifat yang memungkinkan individu mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan tugas tertentu. Bogardus (1934) mendefinisikannya sebagai kepribadian yang tampil dalam kondisi kelompok.
Teori kepribadian cenderung memandang kepemimpinan sebagai akibat pengaruh satu arah. Mengingat bahwa pemimpin mungkin memiliki kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan para pengikutnya, biasanya mereka (ahli teori kepribadian) lupa menyinggung karakteristik timbal balik dan interaktif dari situasi kepemimpinan.

Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain
Munson (1921) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan meng-handle orang lain untuk memperoleh hasil maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar. Allport (1924) kepemimpina merupakan kontak langsung atau tatap muka antara pemimpin dan pengikut yang merupakan social control personal. Moore (1927) melaporkan hasil konferensi dimana Stuart mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan yang memberi kesan tentang keinginan pemimpin, sehingga dapat menimbulkan kepatuhan dan rasa hormat. Philips (1939) kepemimpinan adalah pembebanan, pemeliharaan, dan pengarahan dari kesatuan moral untuk mencapai tujuan akhir. Allen (1958) memandang pemimpin sebagai seorang yang membimbing dan mengarahkan orang lain,sedangkan Bennis (1959) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses dimana seseorang mempengaruhi bawahan untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
Para ahli teori pengaruh sukarela, mungkin lebih dari para ahli teori kepribadian, cenderung memandang kepemimpinan sebagai suatu pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung. Pengabdian para pengikut dan kelompok ini ditentang oleh para ahli yang mencoba menghilangkan definisi tentang kemungkinan adanya legitimasi mengenai konsepsi kepemimpinan yang otoritas.

Kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh
Nash (1929)menyatakan bahwa kepemimpinan secara tidak langsung menyatakan adanya pengaruh yang mengubah tingkah laku orang. Tead (1935) mendefinisikan sebagai aktifitas mempengaruhi orang untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan bersama. Stodgill (1950) menyebutnya sebagai suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisasi untuk pencapaian tujuan. Menurut Bass (1961) usaha individu untuk mengubah tingkah laku orang lain dapat dikatakan pemimpin.
Konsep pengaruh mengingatkan terdapatnya perbedaan tingkah laku individu yang mengakibatkan atau mempengaruhi aktivitas kelompok. Didalamnya terdapat hubungan timbal balik antara pemimpin dan pengikut akan tetapi tidak selalu harus dicirikan oleh adanya dominasi, control, dan pemaksaan pengaruh oleh pemimpin.
Kepemimpinan sebagai tindakan dan tingkah laku
Menurut Carter (1953), tingkah laku kepemimpinan menandakan adanya keahlian tertentu, sehingga dapat dikatakan sebagai tingkah laku kepemimpinan. Shartle (1956) mendefinisikan tingkah laku kepemimpinan sebagai tingkah yang akan menghasilakan tindakan orang lain searah dengan keinginannya. Hemphill (1949) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai tingkah laku seorang individu untuk mengarahkan kelompok. Fiedler (1967) menawarkan definisi yang hampir sama sebagai berikut; tingkah laku kepemimpinan dapat diartikan pemimpinan mengkoordinasikan kelompok.
Para ahli teori tingkah laku tertarik untuk membuat suatu definisi yang berdasarkan observasi, deskripsi, pengukuran, dan pengujian yang obyektif.

Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi
Schenk (1928)menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui persuasi dan inspirasi daripada melalui pemaksaan langsung. Cleeton dan Mason (1934) kepemimpinan mengindikasikan adanya kemampuan mempengaruhi manusia dan menghasilkan rasa aman melalui pendekatan secara emosional daripada melalui penggunaan otoriter. Copeland (1942) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah seni berhubungan dengan orang lain,merupakan seni mempengaruhi orang melalui persuasi dengan contoh konkrit.
Definisi kepemimpinan sebagai bentuk persuasi cenderung banyak diminati oleh para mahasiswa, para ahli teori militer, dan industri yang bertentangan dengan konsep otoriter. Kenyataan memperlihatkan bahwa persuasi merupakan kekuatan untuk mempertajam harapan dan keyakinan,karenanya akan tampil dan lebih diperhatikan dalam penelitian mengenai kepemimpinan.

Kepemimpinan sebagai hubungan kekuasaan
French (1956) mendefinisikan kepemimpinan dalam kerangka pembedaan hubungan kekuasaan antara anggota dan kelompok. Gerth dan Molls (1953) kepemimpinan dipandang secara umum adalah hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin dimana pemimpin lebih banyak mempengaruhi daripada dipengaruhi karena sebagai suatu hubungan kekuasaan.
Kekuasaan dipandang sebagai suatu bentuk dari dari hubungan saling pengaruh-mempengaruhi. Dalam hal ini dapat diobservasi bahwa pemimpin cenderung untuk mentransformasikan leadership opportunity ke dalam hubungan yang terbuka.

Kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan
Menurut Cowley (1928)pemimpin adalah individu yang memiliki program/ rencana dan bersama kelompok bergerak mencapai tujuan dengan cara yang pasti. Knickerbocker (1948)berpendapat fungsional kepemimpinan adalah bila pemimpin dipersepsi oleh para anggota kelompok sebagai pengendali dalam pemuasan kebutuhan mereka. R. C. Davis (1942) memandang kepemimpinan sebagai kekuatan dinamik yang merangsang motivasi dan koordinasi organisasi dalam mencapai tujuan.
Definisi-definisi tersebut memandang kepemimpinan yang mempunyai nilai instrumental. Kepemimpinan disini menghasilkan peran-peran tertentu yang harus dimainkan dan dapat mempersatukan kelomppok dalam rangka mencapai tujuan bersama. Jadi, kepemimpinan disefinisikan sebagai suatu fungsi yang sangat penting dalam suatu kelompok.

Kepemimpinan sebagai pembedaan peran
Salah satu prestasi yang cukup menonjol dari sosiologi modern adalah perkembangan dari teori peran. Setiap anggota suatu masyarakat menempati status posisi tertentu, begitu pula halnya pada lembaga-lembaga dan organisasi. Dalam setiap posisi, individu diharapkan memainkan peran tertentu. Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu aspek dalam diferensiasi peran.
Kebanyakan penelitian tentang kemunculan dan diferensiasi peran banyak berkaitan dengan masalah kepemimpinan, seperti yang dinyatakan sherif (1956), bahwa kepemimpinan merupakan peranan didalam suatu skema hubungan dan ditentukan oleh harapan timbal balik antara pemimpin dan anggota. Jadi, teori dan penelitian yang menyinggung masalah bantuan konfirmasi dan struktur dari harapan merupakan juga masalah kepemimpinan.

Kepemimpinan sebagai inisiasi struktur
Gouldner menyatakan, bahwa terdapat perbedaan antara stimulus yang di timbulkan oleh pengikut dan yang berasal dari pemimpin; hal ini merupakan kemungkinan bagin pembentukan tingkah laku kelompok. Homans (1950), mengidentifikasikan pemimpin kelompok sebagai anggota yang mengawali suatu interaksi.
Kelompok penulis tersebut telah berusaha untuk mengidentifikasikan kepemimpinan berkenaan dengan variable yang menumbulkan diferensiasi dan pemeliharaan struktur peranan didalam kelompok. Dengan alasan demikian, definisi yang muncul lebih bersifat teoritik daripada konkrit dan deskriptif. Yang hendak dituju adalah mempertimbangkan proses dasar yang terlibat dalam memunculkan peran kepemimpinan.

KEPEMIMPINAN
Teori kepemimpinan mencoba untuk menerangkan (1) factor-faktor yang terlibat dalam pemunculan kepemimpinan, (2) sifat dasar dari kepemimpinan .

Teori orang-orang terkemuka
Woods (1913) mempelajari empat belas bangsa dalam kurun waktu lima sampai sepuluh abad. Kaum kerabat paara raja juga memiliki kecenderungan untuk menjadi orang yang berpengaruh dan berkuasa. Woods menyimpulkan bahwa manusia membuat dan membentuk suatu bangsa sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Wiggams (1931) melanjutkannya dengan proposisi bahwa kelansungan hidup buat yang terbaik, dan perkawinan campuran di antara mereka menghasilkan kelas aristrokat yang secara biologis bebeda dengan kelas yang lebih rendah.
Jika pemimpin diberkati dengan kualitas superior yang membedakan dirinya dari pengikut, memungkinkan untuk mengidentifikasikan kualitas tersebut. Asumsi ini menimbulkan teori tentang kepemimpinan. Bernard, Bingham, Tead, dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.


Teori lingkungan
Beberapa ahli teori mengembangkan pandangan bahwa kemunculan pemimpin besar adalah hasil dan waktu, tempat dan situasi sesaat. Mumford (1909) menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan ketrampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah social dalam keadaan tertekan , perubahan dan adaptasi. Schneider (1937) menemukan bahwa jumlah para pemimpin militer di inggris sebanding dengan muncul banyaknya konflik di Negara itu. Jadi, situasi cultural erat kaitannya dengan prestasi kepemimpinan.
Walaupun perang dan situasi krisis lainnya dapat memberikan kesempatan bagi timbulnya kepemimpinan, tetapi beberapa ahli teori berpendapat bahwa situasinya itu sendiri tidak cukup untuk memunculkan suatu kepemimpinan.
Teori personal-situasional
Westburgh (1931) menyatakan bahwa penelitian tentang kepemimpinan harus juga termasuk; sifat-sifat afektif, intelektual,dan tindakan individu; kondisi khusus individu didalam pelaksanaanya. Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian 3 faktor, yaitu;
1. sifat kepribadian pemimpin
2. sifat dasar kelompok dan anggota
3. peristiwa (perubahan atau masalah) yang dihadapkan kepada kelompok

sedangkan, Brown (1936) mengajukan 5 hukum dinamika medan kepemimpinan. Pemimpin harus;
1. memiliki karakter keanggotaan kelompok yang dipimpinnya
2. memiliki potensi yang besar di lapangan social
3. menyesuaikan diri dengan struktur medan yang ada
4. menyadari kecenderungan jangka panjang dala struktur medan
5. mengakui/menerima bahwa dengan meningkatnya potensi harus diimbangi dengan kurangnya kemerdekaan dalam hal kepemimpinan.

Sebagai hasil penelitian dan teori yang dikembangkan setelah perang dunia II, terdapat pengembangan titik tolak pandangan. Menurut Gerth dan Mills (1952), untuk mengerti kepemimpinan, perhatian harus diarahkan pada;
1. sifat dan motif pemimpin sebagai manusia biasa
2. membayangkan bahwa terdapat sekelompok orang yang dia pegang dan motifnya mengikuti dia
3. penampilan peran yang harus dimainkan seorang pemimpin
4. kaitan kelembagaan yang melibatkan dia dan pengikutnya

cattel (1951) berpendapat bahwa dua fungsi primer dari kepemimpinan adalah;
1. membantu kelompok dalam menemukan arti dari tujuan yang telah ditetapkan bersama
2. membantu kelompok dalam menentukan tujuan



Teori interaksi harapan
homan (1950) mengembangkan teori tentang peran kepemimpinan dengan menggunakan tiga variable dasar; tindakan , interaksi, dan sentiment. Asumsi bahwa peningkatan frekuensi interaksi dan partisipasi sangat berkaitan dengan peningkatan sentiment/perasaan senang dan kejelasan dalam norma kelompok. Stogdill (1959) mengembangkan teori harapan untuk mencapai peran. Interaksi antar anggota dalam pelaksanaan tugas akan menguatkan harapan untuk tetap beinteraksi. Jadi, peran individu ditentukan oleh harapan bersama yang dikaitkan dengan penampilan dan interaksi yang dilakukannya.

Teori humanistic
McGregor (1960, 1966) menyusun dua postulat kepemimpinan organisasional. Teori X dan teori Y. pembentukan yang berdasarkan kepada asumsi bahwasanya manusia bersikap pasif dan menentang kebutuhan organisasional ini mencoba mengarahkan dan memotivasi individu yang memiliki motivasi dan keinginan untuk bertanggung jawab, agar menciptakan kondisi organisasi yang memungkinkan terpenuhinya semua kebutuhan individu sambil mengarahkan usaha dala mencapai tujuan organisasi.
Blake dan Mouton (1964, 1965) mengonsepsikan kepemimpinan yang dikaitkan dengan jaringan managerial. Kepemimpinan yang memperhatikan kedudukan dari masing-masing anggota.

Teori pertukaran
Pada teori ini diungkapkan bahwa interaksi social ini akan menghasilkan bentuk perubahan dimana para pengikutnya akan berpartisipasi aktif. Pemimpin dan kepemimpinan bnayak diharapkan mengadakan interaksi untuk menunjang keberhasilan dari kepemimpinannya sehingga masyarakat akan merasa dihargai dan adanya kepuasaan dan penghargaan terhadap pemimpin. Jika kita tinjau pengelompokan dari teori kepemimpinan ini dapat kita golongkan dalam kelompok besar ialah :
1. kepemimpinan yang dijaring berdasarkan data historic terhadap pemimpin yang memiliki caliber internasional.
2. teori mengutamakan situasi dan pre-disposisi seseorang dalam mencapai tujuan
3. teori yang mengutamakan lingkungan sebagai factor utama dan lahirnya pemimpin
4. teori yang menitik beratkan pada factor interaksi antara rakyat dengan pemimpin, yangmana rakyat bukan sekedar objek namun sunyek.
5. teori yang membahas bahwa individu senantiasa perlu diperhatikan keinginannya melalui instrument yang diciptakan untuk mengarahkan lancarnya aktivitas.

Tipe dan fungsi dari kepemimpinan
Inti dari tipe dan fungsi kepemimpinan ini sebenarnya mengarah kepada manajemen sebagai fungsi primer dalam menjalankan aktivitasnya ialah perencanaan, pengawasan ,dan aktivitas.berdasarkan teori ini maka titik perhatian adalah kegiatan kelompok, interaksi, dan kepuasaan anggota. Sehingg atipe pemimpin dalam mencapai hal ini dapat dibedakan :
1. Autoriter (dominator)
2. Persuasif (Coowd arouser)
3. Demokratik (group developer)
4. intelektual (eminent man)
5. Eksekutif (administrator)
6. Representatif (Spokesman)


KEPEMIMPINAN MILITER
Karakteristik dari kepemimpinan
1. sifat umum dari kepemimpinan, pekerjaan tidak mempunyai monopoli terhadap kepemimpinan, pemimpin tidak didapatkan dalam industri dan pemerintahan saja, tetapi pada setiap fase dalam kehidupan manusia.
2. unsur-unsur kepemimpinan, kepemimpinan termasuk pengertian , anlaisis, memerintah, dan mengawasi sifat-sifat manusia
3. kepemimpinan yang otoriter dan lengkap, bentuk kepemimpinan militer berada diantara kepemimpinan yang otoriter dan lengkap. Pemimpin otoriter dikenali dari penggunaan kekuasaan yang dogmatic dan arbitrasi.
4. kelenkapan dari kepemimpinan, efektifitas seorang pemimpin tergantung pada semua hal yang dilakukannya yang menyebabkan kekuatan ikatan antara dia dan bawahannya
5. hubungan antara kepemimpinan, komando, dan ketatalaksanaan, unsur kepemimpinan yang efektif harus ada pada perintah untuk komando, dan ketatalaksanaan untuj mencapai hasil yang maksimal

Tingkah laku manusia
1. kemampuan untuk mempengaruhi dan mengatur orang lain adalah seni dari kepemimpinan yang melibatkan pengertian, penilaian,dan pengawasan sifat-sifat yang dipimpin
2. pemimpin harus menyadari bahwa tindakannya dan perintahnya akan mempunyai efek yang berbeda pada setiap anggotanya, dan tiap orang akan memberikan respon yang berbeda, mengabungkan reaksi dari tiap perorangan.
3. seorang pemimpin sebenarnya memlihara hubungan pribadi yang dekat dengan kelompok yang relative kecil tanpa memandang jumlah manusia yang dikuasainya.

Dasar-dasar sifat
Keadaan tertentu harus dipenuhi apabila seorang akan diterima di masyarakat, dan menyebabkan ia merasa puas, keadaan ini mungkin dapat diartikan kebutuhan dasar manusia. Adapun kebutuhan tersebut :
1. kebutuhan fisik, kepuasaan kebutuhan biologis mungkin menjadi sebab seseorang mempunyai atau bersifat efektif
2. kebutuhan belajar, kebutuhan yang menyebabkan orang berhubungan dengan orang lain
3. rasa aman, kita dapat menduga asalnya kejadian menuju pada suatu titik dimana kita dapat melihat bahwa sesuatu tindakan dapat menyebabkan gangguan pada emosi, pemikiran, keadaan badaniah
4. penerimaan masyarakat, keinginan untuk diterima di kalangan kelompok adalah doronga kuat buat manusia
5. penghargaan, orang membutuhkan penghargaan atas hasil yang dicapainya
6. persamaan diantara manusia, kebutuhanj biologis hampir sama diantara semua orang.


Ciri-ciri kepemimpinan ;
1. moral, dapat diartikan sebagai keadaan jiwa perseorangan . hal ini tergantung kepada sikap terhadap semua hal yang mempengaruhinya seperti teman-temannya
2. Esprit de Corps, merupakan loyalitas kepada kebanggaan akan dan semangat kesatuan yang diperlihatkan oleh anggota-anggotanya.
3. disiplin,adalah sikap perseorangan atau sekelompokorang yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah-perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang perlu seandainya tidak ada perintah.
4. kecakapan, adalah kemampuan fisik, taktis, dan teknis perseorangan dari kesatuan untuk melaksanakan tugas atau misi.



Organisasi dan kepemimpinan

Didalam menangani organisasi ini dengan sendirinya memerlukan pengaturan yang berdasarkan pertimbangan ekonomis, psikologis, dan politik. Dalam pertimbangan penggunaan daripada kekuasaan ini diperlukan dengan sendirinya beberapa cirri kepemimpina sebagai berikut;
1. keahlian, yang merupakan prasyarat untuk dapat mengatasi dan menyelesaikan permasalahn berdasrkan keahlian
2. koersif, yang berarti ia harus mengetahui bagaimana cara ia memperjuangkan keinginannya sehingga diterima
3. stabilitas emosional, ialah cara dengan baik agar segala keinginannya dapat diteriam secara emosional
4. asosional, ialah bertingkah laku agar dapat ditiru secara asosiatif

macam-macam tipe kepemimpinan
Macam-macam tipe kepemimpinan diawali oleh suatu tipe yang disebut direct leader (pemimpin langsung), dimana pimpinan secara langsung mempengaruhi orang lain untuk suatu aktifitas dengan melalui ucapan lisan. Disamping itu ada-pula tipe yang disebut pimpinan tidak langsung, indirect leader, misalnya seorang ahli yang menemukan penemuan baru di bidang fisika, kemudian penemuan ini diikuti oleh banyak ahli aeperti menemukan teknologi yang berhubungan dengan bidang fisika itu.

Syarat umum bagi pemimpin
Segi hubungan antara pimpinan dan anggota kelompok dapat dilihat adanya suatu pola yang asimetris. Artinya disatu pihak mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada pihak-pihak yang lainnya. Pengaruh yang besar ini timbul karena adanya sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi pimpinan, antara lain:
1. sifat yang disenangi warga masyarakatnya
2. sifat yang menjadi cita-cita bagi banyak masyarakat dan yang suka ditiru masyarakat
3. keahlian yang diakui oleh masyarakat
4. sifat yang diwujudkan oleh kekuatan fisiknya
5. sifat yang sesuai dengan norma masyarakat
6. memiliki lambang-lambang pimpinan resmi yang ditentukan oleh adat istiadat

Setelah kita menjelaskan pemimpin menurut cara memimpin, alangkah baiknya bila kita juga mengetahui pemimpin menurut kedudukan atau status mereka terhadap kelompoknya.
a. pemimpin solidaritas, pemimpin yang mencoba menjelmakan sikap-sikap dan keinginan kelompoknya didalam dirinya. Pemimpin ini dipilih dan diangkat oleh kelompoknya
b. pemimpin resmi, merupakan pemimpin yang tidak secara langsung solodaritas dari kelompoknya, tetapi sebagi unsur atasan resmi. Pemimpin ini mempunyai hak dan kewajiban untuk membina kelompoknya.
c. Pemimpin konsultan, merupakan pemimpin yang tidak sama dengan golongan anggota kelompoknya, atau juga bukan termasuk atasan. Pemimpin seperti adalah seorang penasihat, seorang teman dari luar kelompok, organisasi atau masyarakat setempat.

Selasa, 03 November 2015

Teater orbiet



Bertindak benar belum tentu baik. Baik untuk subyek, maupun pihak-pihak yang tidak suka akan kebenaran. Kebenaran kadang tipis jaraknya dengan persekongkolan. Sutradara lebih senang menciptakan sebuah parodi untuk disaksikan seolah-olah benar. Adalah sebuah pilihan yang benar menjadi seorang pengekor dan tak berlaku benar, daripada berbuat lancang membuka sebuah kebenaran, seorang pencari aman pernah berujar.
Sang Nabi pernah berkata bahwa suatu ketika akan datang dimana tatanan dikendalikan oleh subyek yang tidak mengerti kebenaran dan sebaliknya si pembenar akan terasing terbelenggu keheningan.
Konspirasi di benarkan untuk meraih ªa yang di perlukan. Lucunya, setelah kebutuhan primer tercukupkan, mereka tak puas menumpuk hal-hal kesekunderan. Tidak ada namanya ukuran koneksi di hargai dengan sebuah persahabatan. A̶̲̥̅̊k̶̲̥̅̊u̶̲̥̅̊  terjalin dengan kamu tapi ketika A̶̲̥̅̊k̶̲̥̅̊u̶̲̥̅̊  lapar kamu tercipta sebagai hidangan yang bisa memuaskanku. Tidak peduli sedekat ªa kamu, kalian atau semuanya.


Suatu ketika Sutradara kembali akan menampilkan sebuah dagelan parodi. Ini seperti sebuah  demokrasi, siapa yang bisa memukau simpati publik, semua akan kau raih. Tidak perlu kau bertalenta atau menjadi idealis memberikan sebuah pemikiran inovatif dan mendayung melawan arus, Ikuti saja alur yang ada karena Zaman sudah begitu adanya.
Casting pun dimulai. Maka terjaring lah beberapa aktor. Rupanya, Sang Sutradara terinpirasi Tokoh Earl Edward dalam Serial Holywood Anonymous" yang hendak meraih kepuasan dengan sentuhan emosional para penontonya.
Tapi Sebuah cerita jelasnya harus ada syarat lakon antagonis serta prontagonisnya.
Setelah selesai, Alur pun dimulai dengan Intro sampi puncak yang wajib akan kehadiran Konflik. Ada konflik tentu ada sebuah pertentangan dan pertentangan berarti perang, sedangkan perang pastinya ada yang menang dan ada yang kalah. Finalnya, Harus ada Korban!!!
Seperti kata Pepatah, Yang menang jadi arang, yang kalah jadi abu ". Sedangkan sutradara duduk manis penuh kepuasan, menghituk laba yang akan dia peroleh. Sedikit beruntung si prontagonis diberikan sebuah ketenaran walaupun babakbelur oleh sebuah alur, tapi cukup senag dengan ªa yang menjadi bagianya.
Begitulah sutradara dengan teaternya. Selama para penonton antre di loket, selama Sponsor-sponsor besar menyuntikan dana demi kepentingan usaha tentunya, maka layar panggung itu akan terus terbuka dengan skenario-skenario yang berbeda. Semuanya sama-sama untung seperti filosofi saya tolong anda, anda tolong saya.

Dunia senantiasa berputar



Saya baru percaya kalau hidup di dunia itu ibarat roda yang berputar. Hukum pasti bahwa di dunia ini tak ada yang abadi sudah valid benar adanya.
Yang dulu dibenci, awalnya mendapat cemoohan di kucilkan belum tentu di masa depan akan bernasib sama bahkan akan mendapat pengakuan dan pemujaan yang luar biasa.
Kita saksikan perjalanan eksisitas kehidupan orang indo atau meztizo ( Campuran Pribumi dengan Eropa ) di Bumi Nusantara ini.
Sejak kehadrin bangsa Eropa di Nusantara. Perkawinan Campur antar diantara kedua belah pihak tak dapat dihindari, alhasil dari kedua belah pihak lahirlah sebuah ras baru yang unik. Sebuah kelompok yang berwajah Bule ( walau ga albino banget ) tapi berkebudayaan indisc. Bisa dikatakan kelompok ini adalah pihak yang hidup diantara dua bangsa dan dua budaya.
Iklim Politik pada Zaman Kolonial Belanda yang mengelompokan golongan rakyatnya dengan berbau rasial saat itu, menyebabkan orang-orang indo itu sangat dilematis. Orang totok tidak begitu mengakui mereka karena darah campuranya sedangkan orang pribumi tetap menggap mereka adalah bangsa Belanda, walaupun setengah darah mereka sama denganya. Satu hal yang nyata, orang Indo lebih beruntung nasibnya daripada bangsa pribumi asli. Bisa menikmati kemewahan dan juga menerima hak-hak ªa yang harus jadi Hak di masa tersebut.
Peralihan kekuasaan pun tiba dengan datangnya saudara tua. Jepang dari Utara. Kehidupan orang indo mengalami masa kelam. Hak-hak mereka hilang. Parahnya lagi, sebagai karena dianggap sebagai bagian dari hegemoni bang Eropa, sebagian nasib orang Indo ada yang mengalami penyikasaan, penghinaan dan pemerkosaan  yang berujung kematian.
Saat dan pasca Revolusi nasib orang Indo eropa bukan mengalami perbaikan. Luapan Amarah karena motiv dendam masa lalu yang dikeluarkan pribumi totok terhadap sistem Pemerintah Kolonial Belanda menjadikan mereka bulan-bulanan dan sasaran yang empuk. Penjarahan, perampokan dan pembunuhan menempatakan mereka hina seperti Binatang. Yang selamat, harus terusir dari Tanah kelahiranya sendiri, berdiaspora ke Negara-negara liberal. Ironisnya, Bangsanya sendiri yang mengusirnya!!

Puluhan tahun kemudian eksisitas mereka kembali bersinar. Saat era hiburan digital menyapa negeri ini. Talenta - talenta berwajah terang, bermata biru dan bernama beken ke barat-baratan laris manis di dunia tontonan.
Efeknya, mereka dipuja dan didambakan. Sampai-sampai ibu-ibu hamil menamai anak-anak mereka sama dengan idola blasteran tersebut. Ironisnya, banyak artis-artis asli pribumi yang berlomba-lomba merubah alat-alat inderanya dengan cara kedokteran dengan harapan bisa menyamai dengan ªa yang dimiliki artis indo.  Zaman telah berubah, roda kembali berputar. Sebagian masyarakat Indonesi pasri pernah  mengidolakan dan ingin disamakan dengan artis bernama Jeremi Thomas, Cristian Sugiono, Adji Masaid, Ari Wibowo, Indra L Brugman, Asmirandah, Cinta Laura dll. Semuanya menjadi seolah-olah adalah standar wajah-wajah indah di negeri ini.
Bahkan dalam dunia Olahraga khusunya Sepak bola, orang indo yang leluhurnya punya ikatan sejarah dimasa lalu, kembali di minta bangsa ini untuk bergabung membela bendera bangsa. Sebut saja Sergio van Dijk, Rafael Maitimo, Stefano Lilipalyn, Diego Michles,Tonnie Cussel dan Jhon Van Beukering semuanya mempunyai akar asal usul serta lahir di Negara Kincir Angin Belanda.
Jadi, Ingatlah senantiasa Dunia itu berbuat. Daniel Sahuleka seorang Penyanyi Belanda dan mempunyai kedua orang tua Asli Hindia Belanda ( Ayah Maluku, Ibu Sunda ) dan menjadi salah satu kelompok yang terusir dari negerinya pada zaman Revolusi karena dianggap bagian dari sistim Kolonial Belanda. Ibunya pernah berkata, " Suatu saat negerimu akan menerimau dengan tangan terbuka ". Kalimat itu dia ungkapkan ketika mengadakan konser di beberapa Kota di Indonesia.