Jumat, 01 Juni 2012

Pos Sa’atu : “Salah Masuk”

TAHUN 2006 tepatnya di bulan september disaat bulan Ramadhan dimana umat muslim melaksanakan ibadah puasa,saya mendapat perintah tugas menjaga sebuah desa di wilayah Poso pesisir,kabupaten Poso,Sulawesi Tengah,Desa tersebut bernama ‘Sa’atu’.
Desa yang penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani Kakao dan Padi itu diapit dua desa yang berbeda corak budaya dan agama dengan desa yang kami jaga ini.
Satu regu jumlah rekan-rekan saya ditempatkan di rumah bekas warga yang ditinggal mengungsi karena adanya kerusuhan Poso yang berbau SARA terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Regu saya ditempatkan disana karena adanya Operasi Kepolisian dalam mencegah hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan akan dilaksanakan eksekusi hukuman mati terpidana aktor kerusuhan Poso jilid III Fabianus Tibo cs.
Hari-hari pertama saya menjaga desa tersebut langsung berbaur dengan masyarakat,saya mengunjungi kepala Desa,dan bertanya seluk beluk kampung tersebut,mulai dari sejarah,demografi,dan situasi kerawanan.
Saya mendapat informasi dari kepala desa mayoritas masyarakat desa itu beragama Kristen,hanya ada satu dua rumah yang beragama muslim,(dan itupun kami belum mengetahui letak rumah warga yang beragama muslim) desa tersebut pernah di serang kelompok tidak dikenal pada waktu kerusuhan yang menyebabkan meninggalnya warga di desa itu.
Akhirnya komandan saya mengajak masyarakat disana untuk melaksanakan Siskamling bersama warga,bergantian setiap malam.
Pada waktu itu regu saya dari sepuluh orang,delapan anggotanya beragama islam dan sisanya masing-masing beragama Hindu dan Kristen,jadi karena bertepatan bulan Ramadhan kami yang muslim melaksanakan ibadah puasa,tiap dini hari yang bertugas piket mendapat tugas tambahan memasak untuk makan sahur.
Warga desa walaupun tidak melaksanakan Ibadah puasa sangatlah toleran menghormati kami yang berpuasa,mereka tidak ada yang makan atau minul didepan kami,malahan mereka menyiapkan makanan untuk berbuka.
Sebagai orang baru datang ke pulau sulawesi,saya sangat kaget dengan iklim udara yang sangat panas tentunya ini berbeda dengan wilayah asal saya yang iklimnya sejuk dan dingin,setengah mati saya melaksanakan ibadah puasa karena belum terbiasa panas,dihari pertama saya sukses menamatkan puasa,dihari kedua mulai agak tergoda.
Waktu itu disamping rumah saya ada kios makanan,saya dan teman saya yang bernama Galih yang sama-sama sudah lemas karena puasa,berencana membatalkan puasa,dengan mendatangi kios untuk membeli minuman dingin yang ada di lemari es kios.
Setelah sampai di kios langsung saya dan galih menghantam minuman dingin,lalu mengobrol dengan pemilik kios tersebut,saya bilang kalo saya haus,dan minta dibuatkan Mie rebus.lalu saya bertanya kepada pemilik kios.
” Bikinkan mie rebus yah,tidak puasa juga toh??”
” Maaf Bang saya Muslim,tapi tidak apa-apa saya bikinkan,kalo Abang memang tidak puasa”. Jawabnya.
Sontak saya dan Galih kaget bercampur malu,mendengar jawaban beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar