Minggu, 03 Juni 2012

Dero, Tarian Kebersamaan dari Poso

SEKITAR awal tahun 2006 saya mendapat perintah dari dinas untuk bertugas di kabupaten poso,daerah yang sebelumnya hanya saya kenal di televisi dengan kesan akan kerusuhan SARA yang mengakibatkan banyak korban meninggal.
Dengan rasa berat hati saya hanya bisa pasrah,apa mau dikata namanya perintah harus dilaksanakan,dan sudah menjadi konswekensi sewaktu pertama saya dilantik bahwa saya siap di tempatkan diseluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia,hal-hal yang menakutkan sudah terbayang di benak saya,tentang pembunuhan lah,pemerkosaan,pembakaran rumah dsb,seperti yang saya tonton di televisi yang jujur membuat hati saya getir.
Akhirnya tibalah saya di bandara mutiara palu.setelah menempuh perjalanan selama dua jam dari bandara Soekarno-Hatta Jakarta,dari kota palu saya melanjutkan perjalanan dengan mengendarai minibus sebagai travel yang melayani antar jemput tujuan Kabupaten Poso.
Perjalanan selama enam jam saya lalui dengan disuguhi pemandangan yang indah yang jarang saya temui di pulau jawa tempat saya berasal.ketika melewati Kabupaten Parigi Moutong,kabupaten yang memisahkan Kota Palu dengan Kabupaten poso,nampak rumah-rumah adat bali yang membuat anda serasa di pulau dewata,ini maklum karena menurut info yang saya dapat Kabupaten Parigi Moutong adalah kantong Warga Transmigasi asal Provinsi Bali,yang sudah beberapa generasi mendiami wilayah itu.
Setelah sampai di Kabupaten poso apa yang saya cemaskan ternyata berbalik kenyataannya dengan apa yang saya pikirkan selama ini,di Kabupaten Poso saya di kenalkan dengan tarian dero,tarian khas Poso yang sempat diancam bom disetiap kegiatannya oleh pihak-pihak yang tidak senang akan tarian itu.
Tarian dero adalah tarian kebersamaan yang tidak memandang status sosial,baik pejabat atau rakyat biasa,miskin maupun kaya,tua muda,berpegangan bersama sambil menghentakan kaki kanan dua kali kemudian kaki kiri sekali kesamping,berputar membentuk lingkaran dengan diiringi lagu-lagu tradisional suku pamona,biasa dilaksanakan ketika acara syukuran panen yang disebut PADUNGKU,atau pesta-pesta pernikahan.
Sekedar informasi Suku pamona adalah penduduk asli Kabupaten Poso,terkenal akan keramahannya terhadap pendatang,tabiatnya periang,polos,ramah,dan bersifat sabar.mereka rata-rata berkulit putih dan perempuannya menurut saya sangat cantik alami tanpa polesan kosmetik khas gadis desa.
Saya menikmati tarian dero atau Modero -begitu orang poso menyebutnya- dari pukul sepuluh malam sampai pukul dua pagi,
rasa lelah dan capek tidak sedikitpun saya rasakan yang ada hanyalah rasa senang dan gembira tersihir oleh suasana nikmatnya modero.orang-orang poso mengatakan bila sekali mencoba modero maka akan ketagihan,dan akan mengejar tempat dimana dero diadakan meskipun jauh jaraknya,bahkan mereka menjuluki tukang modero dengan sebutan PONGKO DERO,pongko artinya setan,jadi artinya setan dero….
Bagi para remaja Modero dijadikan ajang mencari jodoh,konon tidak sedikit pasangan yang bertemu ketika Modero.


Sumbwe foto Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar