Minggu, 03 Juni 2012

Mengenal Tambang emas tradisional Poboya.

DI WILAYAH pinggiran kota palu tepatnya di kelurahan Poboya,terdapat tambang emas yang dikelola oleh masyarakat secara tradisional.
Ribuan masyarakat dari berbagai penjuru nusantara datang ke lokasi pertambangan tersebut guna mengadu nasib untuk mencari rezeki dengan berbagai keahlian yang dimilikinya,ada yang menjadi penambang yang di dominasi oleh masyarakat dari Sulawesi utara dan Gorontalo,kijang (penjual jasa tenaga pemikul barang),supir mobil,membuka warung dll. tentunya dengan dasar motif yang berbeda-beda.
Tambang yang mulai terbuka dari tahun 2006 tersebut sempat menuai pro dan kontra dari berbagai elemen masyarakat,yang setuju beralasan tambang sudah ‘terlanjur’ menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal,yang disadari atau tidak kenyataannya sekarang.lapangan kerja di kota Palu sudai mulai sempit,dengan adanya tambang menurut mereka bisa sedikit manambah pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan,dan hal ini maklum sesudah terbukanya tambang tingkat kemakmuran ekonomi masyarakat sekitar kelurahan poboya menjadi maju,ini bisa dilihat dari megahnya perumahan dan berjejernya mobil mewah khususnya di wilayah kelurah poboya,yang sebelumnya menurut mereka ‘agak’ tertinggal.
Alasan pencemaran lingkungan dikemukakan oleh sebagian masyarakat yang menolak adanya tambang,karena menurutnya daerah pegunungan poboya adalah salah satu sumber air yang mengaliri kota Palu.
Lokasi tambang emas poboya bisa ditempuh dengan mengendari sepeda motor dari kota palu dengan memakan waktu sekitar satu jam,dan hanya berjarak sekitar kurang lebih 15 kilometeran dari pusat kota palu,jalannya yang mulus beraspal hanya sampai ujung pemukiman masyarakat poboya dengan ditandai oleh palang pemeriksaan yang dijaga oleh SATGAS yang beranggotakan warga kelurahan poboya yang dibentuk oleh dewan adat setempat,maksud pemeriksaan adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan terjadi di lokasi pertambangan,utamanya perkelahian massal,makanya barang-barang yang bisa mendukung perkelahian disita di palang,seperti Senjata tajam,minuman keras,Narkoba,dll.
Setelah melawati palang perjalanan ditempuh dengan medan yang menantang mirip dengan medan Off Road,jalan tanah bergelombang,lima kali menyebrangi sungai sejauh empat kilometer,dengan suasana pemandangan bukit tandus yang gundul di kiri dan kanan jalan.
Suasana di lokasi pertambangan hampir mirip dengan pasar malam,ratusan penjual mendirikan tenda menawarkan berbagai aneka kebutuhan,mulai dari makanan,sembako,konter hp,alat elektronik,tidak ketinggalan alat perlengkapan menambang yang dijual dengan harga sedikit agak tinggi tentunya bila di bandingkan di kota.
Setelah istirahat sebentar di kedai kopi, penulis langsung menaiki bukit untuk melihat cara pengambilan emas,dalam benak mencari emas itu gampang seperti di cerita film-film,tinggal ambil terus bawa pulang,dan ternyata kenyataanya tidaklah semudah itu,penambang harus memasuki lubang sedalah 25 meter,yang sempit dan tidak dijamin keamanannya,mereka memasuki lubang yang tidak sedikit memakan korban ketika lubangnya ambruk atau longsor untuk mengambil batu yang biasa masyarakat menyebutnya dengan nama ‘batu rep’ batu berwarna putih sepintas mirip porselen tersebut katanya mengandung emas,ada cara unik mengetahui batu tersebut mengandung emas atau tidaknya,cara tradisional yang biasa dipakai oleh orang minahasa yang terkenal sebagai ahlinya penambang tradisional,mereka menyebutnya dengan ‘menibe’, untuk menentukan kadar emas dari dalam batu,dengan menggunakan alat seperi mangkuk dilapisi karet,cara kerjanya sangat sederhana penambang cukup menumbuk sampel batu dari lubang hingga menjadi debu,kemudian debu tersebut ditakar di dalam alat tadi dengan di campur air sungai,setelah itu alat tersebut digayang perlahan,dan setelah beberapa detik akan nampak butiran kuning di atas air yang berada dalam alat tibe tersebut.
Cara unik dan sederhana tersebut sangat efektif menetukan kandungan emas,dan menurut saya itu adalah asli hasil kreatif orang indonesia.hehe
Batuan yang di ambil bukan hanya batu rep saja menurut penambang ada berbagai jenis batuan yang mengandung emas seperti Batu cakalang warnanya putih seperti batu rep,tapi ada garis-garis hitam seperti urat de tengah-tangah batunya,Batu domato warnanya kuning agak lapuk,nama-nama tersebut di berikan oleh penambang yang tentunya menurut ahli geologi berbeda penyebutan jenis batuan tersebut.
Setelah memasuki lubang dan mengumpulkan batu yang telah dipilih,selanjutnya dikemas memakai karung goni dan siap di bawa kepada pengolah untuk disaring guna mendapatkan emasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar