Bertindak benar belum tentu
baik. Baik untuk subyek, maupun pihak-pihak yang tidak suka akan kebenaran.
Kebenaran kadang tipis jaraknya dengan persekongkolan. Sutradara lebih senang
menciptakan sebuah parodi untuk disaksikan seolah-olah benar. Adalah sebuah
pilihan yang benar menjadi seorang pengekor dan tak berlaku benar, daripada
berbuat lancang membuka sebuah kebenaran, seorang pencari aman pernah berujar.
Sang Nabi pernah berkata
bahwa suatu ketika akan datang dimana tatanan dikendalikan oleh subyek yang
tidak mengerti kebenaran dan sebaliknya si pembenar akan terasing terbelenggu
keheningan.
Konspirasi di benarkan untuk
meraih ªa yang di perlukan.
Lucunya, setelah kebutuhan primer tercukupkan, mereka tak puas menumpuk hal-hal
kesekunderan. Tidak ada namanya ukuran koneksi di hargai dengan sebuah
persahabatan. A̶̲̥̅̊k̶̲̥̅̊u̶̲̥̅̊ terjalin
dengan kamu tapi ketika A̶̲̥̅̊k̶̲̥̅̊u̶̲̥̅̊ lapar kamu
tercipta sebagai hidangan yang bisa memuaskanku. Tidak peduli sedekat ªa kamu, kalian atau semuanya.
Suatu ketika Sutradara
kembali akan menampilkan sebuah dagelan parodi. Ini seperti sebuah demokrasi, siapa yang bisa memukau simpati
publik, semua akan kau raih. Tidak perlu kau bertalenta atau menjadi idealis
memberikan sebuah pemikiran inovatif dan mendayung melawan arus, Ikuti saja
alur yang ada karena Zaman sudah begitu adanya.
Casting pun dimulai. Maka
terjaring lah beberapa aktor. Rupanya, Sang Sutradara terinpirasi Tokoh Earl
Edward dalam Serial Holywood “ Anonymous"
yang hendak meraih kepuasan dengan sentuhan emosional para penontonya.
Tapi
Sebuah cerita jelasnya harus ada syarat lakon antagonis serta prontagonisnya.
Setelah
selesai, Alur pun dimulai dengan Intro sampi puncak yang wajib akan kehadiran
Konflik. Ada konflik tentu ada sebuah pertentangan dan pertentangan berarti
perang, sedangkan perang pastinya ada yang menang dan ada yang kalah. Finalnya,
Harus ada Korban!!!
Seperti
kata Pepatah, “ Yang menang jadi arang, yang kalah jadi abu
". Sedangkan sutradara duduk manis penuh kepuasan, menghituk laba yang
akan dia peroleh. Sedikit beruntung si prontagonis diberikan sebuah ketenaran
walaupun babakbelur oleh sebuah alur, tapi cukup senag dengan ªa yang menjadi
bagianya.
Begitulah
sutradara dengan teaternya. Selama para penonton antre di loket, selama
Sponsor-sponsor besar menyuntikan dana demi kepentingan usaha tentunya, maka
layar panggung itu akan terus terbuka dengan skenario-skenario yang berbeda.
Semuanya sama-sama untung seperti filosofi “ saya tolong anda,
anda tolong saya“.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar